Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan menyatakan tingkat inklusi keuangan masyarakat di Provinsi Bali naik dari 71 persen pada tahun 2013 menjadi 76 persen berdasarkan survei pada tahun 2016 karena gencarnya sosialisasi bersama lembaga keuangan.

"Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks inklusi keuangan nasional sebesar 67,8 persen," kata Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Zulmi di Denpasar, Jumat.

Menurut Zulmi indeks inklusi keuangan di Bali itu tertinggi dari provinsi di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata indeks keuangan mencapai 65 hingga 68 persen.

OJK mencatat tingkat inklusi di Pulau Jawa mencapai 66 sampai dengan 78 persen, Sumatera 66 s.d. 75 persen, dan Kalimantan 59 s.d. 75 persen.

Selain tingkat inklusi atau pemanfaatan layanan jasa keuangan yang meningkat, tingkat literasi atau pemahaman masyarakat terkait dengan jasa keuangan di Bali juga meningkat dari 19,5 persen pada tahun 2013 menjadi 37,45 persen pada tahun 2016.

Indeks literasi keuangan itu bahkan tertinggi untuk kawasan Sumatera, Kalimantan, dan sejumlah daerah di Indonesia timur.

Adapun persentase literasi keuangan masyarakat di Jawa, lanjut Zulmi, berkisar 33 s.d. 40 persen.

Tren peningkatan literasi dan inklusi keuangan itu, kata Zulmi, tidak terlepas dari sosialisasi yang gencar dilakukan bersama dengan industri jasa keuangan kepada masyarakat hingga di pelosok daerah.

"Kami patut bersyukur dan mengapresiasi program edukasi dan literasi keuangan yang selama ini digelar oleh lembaga jasa keuangan di Bali," katanya.

Zulmi mendorong lembaga jasa keuangan untuk lebih optimal lagi dalam memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mendekatkan akses keuangan masyarakat. Hal ini perlu dibarengi dengan program pendampingan tersebut. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017