Denpasar (Antara Bali) - Sekitar 300 orang petugas Kepolisian Resor Kota Denpasar mengamankan demonstrasi sejumlah organisasi kemasyarakatan yang menolak dan menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI).
Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polresta Denpasar Ajun Komisaris Polisi Sugriwa di Denpasar, Senin, menjelaskan ratusan polisi itu terdiri dari Intel, Sabhara, Dalmas, Narkoba dan Lalu Lintas.
Selain petugas kepolisian, aksi unjuk rasa tersebut juga dikawal aparat TNI dan pecalang atau petugas keamanan adat khas Bali.
Aksi unjuk rasa tersebut dipusatkan di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon Denpasar dengan membawa spanduk-spanduk bertuliskan penolakan dan menuntut pembubaran FPI diiringi orasi dan gong bleganjur khas Bali serta diisi barongsai dan naga serta tarian reog ponorogo.
Ribuan anggota organisasi kemasyarakatan yang melakukan unjuk rasa tersebut menamakan dirinya Komponen Masyarakat Bali.
Komponen tersebut di antaranya GP Ansor, Sandi Murti, Banser NU Denpasar, Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII), Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara dan Patriot Garda Nusantara.
Selain itu Ikatan Keluarga Minahasa, Ikatan Keluarga Bayumas, Sedulur Keluarga Besar Reog Ponorogo, Laskar Bali, Baladika, Flobamora, Paguyuban Perantau Timor, Keluarga Caraka Manggarai, Batubulan Bersatu, Jimbaran Bersatu, Sanur Bersatu, dan Pemuda Bali Bersatu.
Elemen mahasiswa juga turut serta yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia serta sejumlah ormas lainnya.
Tokoh Islam Gus Nuril yang juga Ketua Umum Patriot Garda Nusantara menyatakan penolakan FPI dan menuntut pembubaran ormas tersebut karena dinilai intoleran dan ditunggangi kepentingan asing.
Selain meminta pembubaran FPI, Gus Nuril dalam orasinya juga meminta HTI dan MMI juga dibubarkan.
"Kalau ada orang mengaku pembela Islam kemudian mengkafirkan saudara, apa sampean diam saja?," ucapnya dalam orasinyaa di atas truk.
Dalam pernyataan sikapnya, Komponen Masyarakat Bali yang disampaikan I Gusti Ngurah Harta di antaranya menginginkan Presiden Joko Widodo atau aparatur hukum (Polisi dan TNI) untuk membubarkan ormas intoleran.
"Kami sebagai anak bangsa merasa terpanggil untuk membela ibu pertiwi dari ancaman ormas intoleran," ucapnya.
Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Kuta As`ad mengatakan bahwa GP Ansor mengerahkan sekitar 500 orang anggota dari Cabang Badung dan Denpasar yang mengikuti demostrasi.
"Kami tegaskan, jangan usik kedamaian yang sudah terjaga sekian ratus tahun di Pulau Dewata ini. Kami menolak dengan tegas apapun, siapapun, agama apapun apabila mengganggu kedaulatan NKRI akan berhadapan dengan seluruh komponen yang ada di NKRI," ucap As`ad.
Kepolisian Daerah Bali sebelumnya telah memeriksa Jubir FPI Munarman dalam kasus dugaan pelecehan terhadap Pecalang.
Terkait dengan pernyataan Munarman yang menyinggung Pecalang, pengacara Munarman, Feri Firman menegaskan bahwa kliennya saat mendatangi kantor media Kompas pada Juni 2016, tidak bermaksud untuk mendiskreditkan Pecalang.
"Klien kami tidak mendiskreditkan Pecalang seperti yang diberitakan itu. Dia (Munarman) mempersoalkan agar dalam membuat berita, grup media itu tolong berimbang," katanya seraya menambahkan bahwa pernyataan terkait Pecalang itu diperoleh setelah membaca berita dari media. (DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polresta Denpasar Ajun Komisaris Polisi Sugriwa di Denpasar, Senin, menjelaskan ratusan polisi itu terdiri dari Intel, Sabhara, Dalmas, Narkoba dan Lalu Lintas.
Selain petugas kepolisian, aksi unjuk rasa tersebut juga dikawal aparat TNI dan pecalang atau petugas keamanan adat khas Bali.
Aksi unjuk rasa tersebut dipusatkan di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Renon Denpasar dengan membawa spanduk-spanduk bertuliskan penolakan dan menuntut pembubaran FPI diiringi orasi dan gong bleganjur khas Bali serta diisi barongsai dan naga serta tarian reog ponorogo.
Ribuan anggota organisasi kemasyarakatan yang melakukan unjuk rasa tersebut menamakan dirinya Komponen Masyarakat Bali.
Komponen tersebut di antaranya GP Ansor, Sandi Murti, Banser NU Denpasar, Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia (PGLII), Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara dan Patriot Garda Nusantara.
Selain itu Ikatan Keluarga Minahasa, Ikatan Keluarga Bayumas, Sedulur Keluarga Besar Reog Ponorogo, Laskar Bali, Baladika, Flobamora, Paguyuban Perantau Timor, Keluarga Caraka Manggarai, Batubulan Bersatu, Jimbaran Bersatu, Sanur Bersatu, dan Pemuda Bali Bersatu.
Elemen mahasiswa juga turut serta yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Budhis Indonesia serta sejumlah ormas lainnya.
Tokoh Islam Gus Nuril yang juga Ketua Umum Patriot Garda Nusantara menyatakan penolakan FPI dan menuntut pembubaran ormas tersebut karena dinilai intoleran dan ditunggangi kepentingan asing.
Selain meminta pembubaran FPI, Gus Nuril dalam orasinya juga meminta HTI dan MMI juga dibubarkan.
"Kalau ada orang mengaku pembela Islam kemudian mengkafirkan saudara, apa sampean diam saja?," ucapnya dalam orasinyaa di atas truk.
Dalam pernyataan sikapnya, Komponen Masyarakat Bali yang disampaikan I Gusti Ngurah Harta di antaranya menginginkan Presiden Joko Widodo atau aparatur hukum (Polisi dan TNI) untuk membubarkan ormas intoleran.
"Kami sebagai anak bangsa merasa terpanggil untuk membela ibu pertiwi dari ancaman ormas intoleran," ucapnya.
Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Kuta As`ad mengatakan bahwa GP Ansor mengerahkan sekitar 500 orang anggota dari Cabang Badung dan Denpasar yang mengikuti demostrasi.
"Kami tegaskan, jangan usik kedamaian yang sudah terjaga sekian ratus tahun di Pulau Dewata ini. Kami menolak dengan tegas apapun, siapapun, agama apapun apabila mengganggu kedaulatan NKRI akan berhadapan dengan seluruh komponen yang ada di NKRI," ucap As`ad.
Kepolisian Daerah Bali sebelumnya telah memeriksa Jubir FPI Munarman dalam kasus dugaan pelecehan terhadap Pecalang.
Terkait dengan pernyataan Munarman yang menyinggung Pecalang, pengacara Munarman, Feri Firman menegaskan bahwa kliennya saat mendatangi kantor media Kompas pada Juni 2016, tidak bermaksud untuk mendiskreditkan Pecalang.
"Klien kami tidak mendiskreditkan Pecalang seperti yang diberitakan itu. Dia (Munarman) mempersoalkan agar dalam membuat berita, grup media itu tolong berimbang," katanya seraya menambahkan bahwa pernyataan terkait Pecalang itu diperoleh setelah membaca berita dari media. (DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017