Jakarta (Antara Bali) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
mengatakan penguatan ekonomi domestik sangat penting dilakukan sebagai
antisipasi untuk menghadapi ketidakpastian global yang terjadi sepanjang
2017.
"Melihat kondisi yang terjadi di luar dan untuk mengantisipasi yang dilakukan negara-negara maju, kita perlu memperkuat ekonomi domestik kita," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani menjelaskan salah satu cara untuk memperkuat ekonomi dalam negeri adalah dengan meningkatkan kinerja investasi agar bisa memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dari sumber pertumbuhan ekonomi, kita akan mengembalikan dan mendorong investasi agar semakin berimbang dengan pertumbuhan dari sisi konsumsi. Apalagi growth investasi masih mengalami tekanan tinggi," katanya.
Ia mengakui kinerja investasi masih melambat di 2016, namun berbagai upaya harus dilakukan agar sektor ini kembali tumbuh tinggi, termasuk dengan melibatkan BUMN maupun swasta.
"Kita berharap, prospek pertumbuhan yang mendukung investasi seperti perbankan, capital market, BUMN maupun pemerintah bisa diperkuat dan ditingkatkan, sehingga menciptakan daya tahan dari ketidakpastian negara lain," ujarnya.
Sebelumnya, rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sepakat untuk mencermati berbagai risiko dari global dan domestik yang berpotensi mengganggu kinerja stabilitas sistem keuangan sepanjang 2017.
Risiko dari faktor eksternal antara lain pemulihan ekonomi dunia yang belum solid serta dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi ketidakpastian arah kebijakan yang akan ditempuh Amerika Serikat.
Rencana kenaikan Fed Fund Rate berpotensi menimbulkan tekanan terhadap arus modal dan nilai tukar. Selain itu, proses penyeimbangan ekonomi di Tiongkok, juga dapat menimbulkan tambahan tekanan dan risiko.
Dari sisi domestik, risiko yang perlu diperhatikan adalah potensi kenaikan inflasi dari faktor harga diatur pemerintah (administered price) dan tantangan untuk meningkatkan penerimaan negara serta mengendalikan defisit anggaran.
Meski demikian, KSSK memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan lebih baik seiring dengan perbaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Melihat kondisi yang terjadi di luar dan untuk mengantisipasi yang dilakukan negara-negara maju, kita perlu memperkuat ekonomi domestik kita," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani menjelaskan salah satu cara untuk memperkuat ekonomi dalam negeri adalah dengan meningkatkan kinerja investasi agar bisa memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dari sumber pertumbuhan ekonomi, kita akan mengembalikan dan mendorong investasi agar semakin berimbang dengan pertumbuhan dari sisi konsumsi. Apalagi growth investasi masih mengalami tekanan tinggi," katanya.
Ia mengakui kinerja investasi masih melambat di 2016, namun berbagai upaya harus dilakukan agar sektor ini kembali tumbuh tinggi, termasuk dengan melibatkan BUMN maupun swasta.
"Kita berharap, prospek pertumbuhan yang mendukung investasi seperti perbankan, capital market, BUMN maupun pemerintah bisa diperkuat dan ditingkatkan, sehingga menciptakan daya tahan dari ketidakpastian negara lain," ujarnya.
Sebelumnya, rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sepakat untuk mencermati berbagai risiko dari global dan domestik yang berpotensi mengganggu kinerja stabilitas sistem keuangan sepanjang 2017.
Risiko dari faktor eksternal antara lain pemulihan ekonomi dunia yang belum solid serta dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi ketidakpastian arah kebijakan yang akan ditempuh Amerika Serikat.
Rencana kenaikan Fed Fund Rate berpotensi menimbulkan tekanan terhadap arus modal dan nilai tukar. Selain itu, proses penyeimbangan ekonomi di Tiongkok, juga dapat menimbulkan tambahan tekanan dan risiko.
Dari sisi domestik, risiko yang perlu diperhatikan adalah potensi kenaikan inflasi dari faktor harga diatur pemerintah (administered price) dan tantangan untuk meningkatkan penerimaan negara serta mengendalikan defisit anggaran.
Meski demikian, KSSK memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan lebih baik seiring dengan perbaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017