Negara (Antara Bali) - Masyarakat di pesisir Kabupaten Jembrana, seperti Desa Pengambengan ketakutan dengan angin besar yang bertiup dua hari belakangan.
"Kamis malam hingga dinihari saya tidak berani tidur karena angin besar. Takut rumah saya roboh," kata Fatimah, warga Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jumat.
Ia mengatakan, saat angin besar datang Kamis (2/2) malam, ia bersama suami dan anak-anaknya memilih untuk duduk-duduk di depan rumah, dengan pertimbangan bisa sewaktu-waktu menyelamatkan diri jika rumahnya roboh.
Ketakutan yang sama juga dirasakan Chaeriyah, warga Dusun Kelapa Balian, yang mengaku, hampir semalaman ia tidak bisa tidur, meskipun memilih untuk bertahan di dalam rumah.
"Suara anginnya keras gitu. Setelah angin reda baru saya bisa tidur tenang," katanya.
Sedangkan Alfina Laila, warga lainnya mengaku, beberapa genteng bangunan dapurnya berjatuhan akibat diterpa angin, namun arah jatuhnya keluar bangunan.
"Waktu itu saya di dalam rumah, mendengar seperti sesuatu yang berjatuhan. Saya kira tumpukan kayu di samping rumah yang roboh, ternyata setelah dilihat suami saya, beberapa genteng berserakan di tanah," katanya.
Eliyawati, warga lainnya mengaku kesal, saat bangun pagi, dapurnya yang berada di luar rumah berantakan dengan perabotan berjatuhan dimana-mana karena angin kencang.
Meskipun hampir satu malam angin kencang menerpa desa nelayan tersebut, dari pantauan tidak ada kerusakan parah rumah warga.
Samsuri, salah seorang nelayan mengatakan, oleh masyarakat setempat, angin kencang dua hari belakangan disebut dengan "angin barat" yang bertiup dari laut ke daratan.
"Tapi yang dua hari belakangan memang lebih kencang dibanding biasanya. Mudah-mudahan malam ini tidak anginnya tidak sekeras yang kemarin," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kamis malam hingga dinihari saya tidak berani tidur karena angin besar. Takut rumah saya roboh," kata Fatimah, warga Dusun Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jumat.
Ia mengatakan, saat angin besar datang Kamis (2/2) malam, ia bersama suami dan anak-anaknya memilih untuk duduk-duduk di depan rumah, dengan pertimbangan bisa sewaktu-waktu menyelamatkan diri jika rumahnya roboh.
Ketakutan yang sama juga dirasakan Chaeriyah, warga Dusun Kelapa Balian, yang mengaku, hampir semalaman ia tidak bisa tidur, meskipun memilih untuk bertahan di dalam rumah.
"Suara anginnya keras gitu. Setelah angin reda baru saya bisa tidur tenang," katanya.
Sedangkan Alfina Laila, warga lainnya mengaku, beberapa genteng bangunan dapurnya berjatuhan akibat diterpa angin, namun arah jatuhnya keluar bangunan.
"Waktu itu saya di dalam rumah, mendengar seperti sesuatu yang berjatuhan. Saya kira tumpukan kayu di samping rumah yang roboh, ternyata setelah dilihat suami saya, beberapa genteng berserakan di tanah," katanya.
Eliyawati, warga lainnya mengaku kesal, saat bangun pagi, dapurnya yang berada di luar rumah berantakan dengan perabotan berjatuhan dimana-mana karena angin kencang.
Meskipun hampir satu malam angin kencang menerpa desa nelayan tersebut, dari pantauan tidak ada kerusakan parah rumah warga.
Samsuri, salah seorang nelayan mengatakan, oleh masyarakat setempat, angin kencang dua hari belakangan disebut dengan "angin barat" yang bertiup dari laut ke daratan.
"Tapi yang dua hari belakangan memang lebih kencang dibanding biasanya. Mudah-mudahan malam ini tidak anginnya tidak sekeras yang kemarin," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017