Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia meminta masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu dengan memanfaatkan momentum tertentu khususnya di Kabupaten Buleleng, Bali, menjelang pemilihan kepala daerah 15 Februari 2017.

"Kecenderungan uang palsu saat pilkada trennya meningkat terutama kewaspadaan masyarakat di daerah pilkada," kata Kepala Divisi Sistem Pembayaran, Manajemen Interen, Komunikasi dan Layanan Publik BI Bali Zulfan Nukman di Denpasar, Sabtu.

Menurut Zulfan modus yang digunakan biasanya menggunakan uang palsu pecahan besar. "Masyarakat diiming-imingi macam-macam diselipkan uang palsu," imbuhnya.

Zulfan mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan cara sederhana untuk mengenali uang palsu dengan teknik dilihat, diraba dan diterawang atau 3D.

Selain itu pihaknya juga menggencarkan sosialisasi keaslian uang Rupiah kepada masyarakat.

Terkait uang baru, dia menjelaskan bahwa telah dilengkapi unsur pengamanan lebih tinggi untuk menyulitkan oknum tidak bertanggungjawab memalsukan uang Rupiah.

Fitur pengamanan uang baru itu di antaranya seperti tanda air, gambar ornamen khas budaya daerah, benang pengaman yang terdapat pada bahan uang.

Selain itu juga tanda teknik cetak di antaranya seperti rectoverso atau gambar saling isi, gambar tersembunyi multiwarna, gambar tersembunyi, kode untuk tuna netra, warna yang dapat berubah jika dilihat dengan sudut pandang berbeda serta tulisan yang sangat kecil.

Zulfan lebih lanjut menjelaskan bahwa selama tahun 2016 temuan uang palsu pada pecahan 100.000 masih mendominasi yakni sebanyak 4.529 lembar disusul pecahan 50.000 (977), 20.000 (68), 10.000 (14) dan 5.000 (6).

Sedangkan tahun 2015 pecahan 100.000 ditemukan sebanyak 4.136 lembar, 50.000 (576), 20.000 (26), 10.000 (3) dan 5.000 (3) dengan total temuan uang palsu mencapai 4.744 lembar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017