Negara (Antara Bali) - Perubahan suhu laut diduga menjadi penyebab utama paceklik ikan di Kabupaten Jembrana, sekitar delapan bulan terakhir.
"Kami segera akan melakukan penelitian terkait suhu laut, dan hubungannya dengan paceklik ikan di Selat Bali. Tapi dari beberapa data dan analisa awal, kuat dugaan hal itulah yang menyebabkan paceklik," kata Kepala Badan Peneliti Dan Observasi Laut (BPOL) Seacorm I Nyoman Radiarta, di Negara, Kamis.
Ia mengatakan, fenomena El Nino menyebabkan suhu perairan di Selat Bali menjadi hangat, sehingga ikan jenis lemuru yang merupakan habitat asli perairan tersebut bergerak lebih ke dalam.
Karena ikan yang banyak diburu nelayan Kabupaten Jembrana dengan perahu selerek ini bergerak ke perairan yang lebih dalam, menyebabkan peralatan tangkap nelayan tidak mampu menjangkaunya.
"Ada juga asumsi kedua, ikan tersebut berpindah ke perairan lain. Namun asumsi ini kecil terjadi, karena sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi kalau di daerah lain nelayan mendapatkan tangkapan ikan lemuru dalam jumlah besar," katanya.
Untuk mendapatkan jawaban atas dua dugaan itu, rencananya, BPOL akan mengadakan penelitian selama empat kali di tahun 2017, disesuaikan dengan perubahan angin.
Menurutnya, penelitian akan dilakukan pakar dari tiga bidang, dengan dukungan teknologi seperti satelit, serta dilakukan menyeluruh termasuk dengan mempelajari perubahan ekosistem pesisir.
"Dengan penelitian itu, kami berharap menemukan jawaban penyebab paceklik, serta untuk antisipasi ke depan jika terjadi gejala yang sama," katanya.
Ia mengatakan, ikan lemuru senang berada di perairan dengan suhu dingin, sehingga saat suhu air laut menjadi hangat, mereka mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
Paceklik ikan di Kabupaten Jembrana sudah berlangsung sekitar delapan bulan terakhir, sehingga membuat nelayan beralih profesi menjadi bekerja serabutan.
Di Desa Pengambengan, yang merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Jembrana, banyak nelayan yang bekerja sebagai buruh bangunan hingga ke Denpasar.
Karena paceklik, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan yang biasanya dipenuhi ribuan orang yang mencari nafkah dari hasil tangkap, saat ini sepi dengan ratusan perahu selerek parkir di kolam labuhnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami segera akan melakukan penelitian terkait suhu laut, dan hubungannya dengan paceklik ikan di Selat Bali. Tapi dari beberapa data dan analisa awal, kuat dugaan hal itulah yang menyebabkan paceklik," kata Kepala Badan Peneliti Dan Observasi Laut (BPOL) Seacorm I Nyoman Radiarta, di Negara, Kamis.
Ia mengatakan, fenomena El Nino menyebabkan suhu perairan di Selat Bali menjadi hangat, sehingga ikan jenis lemuru yang merupakan habitat asli perairan tersebut bergerak lebih ke dalam.
Karena ikan yang banyak diburu nelayan Kabupaten Jembrana dengan perahu selerek ini bergerak ke perairan yang lebih dalam, menyebabkan peralatan tangkap nelayan tidak mampu menjangkaunya.
"Ada juga asumsi kedua, ikan tersebut berpindah ke perairan lain. Namun asumsi ini kecil terjadi, karena sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi kalau di daerah lain nelayan mendapatkan tangkapan ikan lemuru dalam jumlah besar," katanya.
Untuk mendapatkan jawaban atas dua dugaan itu, rencananya, BPOL akan mengadakan penelitian selama empat kali di tahun 2017, disesuaikan dengan perubahan angin.
Menurutnya, penelitian akan dilakukan pakar dari tiga bidang, dengan dukungan teknologi seperti satelit, serta dilakukan menyeluruh termasuk dengan mempelajari perubahan ekosistem pesisir.
"Dengan penelitian itu, kami berharap menemukan jawaban penyebab paceklik, serta untuk antisipasi ke depan jika terjadi gejala yang sama," katanya.
Ia mengatakan, ikan lemuru senang berada di perairan dengan suhu dingin, sehingga saat suhu air laut menjadi hangat, mereka mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
Paceklik ikan di Kabupaten Jembrana sudah berlangsung sekitar delapan bulan terakhir, sehingga membuat nelayan beralih profesi menjadi bekerja serabutan.
Di Desa Pengambengan, yang merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Jembrana, banyak nelayan yang bekerja sebagai buruh bangunan hingga ke Denpasar.
Karena paceklik, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan yang biasanya dipenuhi ribuan orang yang mencari nafkah dari hasil tangkap, saat ini sepi dengan ratusan perahu selerek parkir di kolam labuhnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017