Negara (Antara Bali) - Kabupaten Jembrana kekurang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bidang pertanian, sehingga tidak bisa maksimal melayani dan mendampingi petani.

"Kami saat ini hanya memiliki 38 orang PPL, sementara jumlah desa dan kelurahan di Jembrana ada 51. Idealnya, satu orang PPL membawahi satu desa," kata Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Jembrana Ketut Wiratma, di Negara, Kamis.

Karena jumlahnya tidak sebanding dengan wilayah, ia mengatakan, pihaknya berusaha mengatur jadwal kunjungan PPL sebaik mungkin, termasuk menugaskan satu PPL membawahi tiga wilayah.

Kurangnya kunjungan PPL ini dikeluhkan petani, khususnya yang lagi menghadapi masalah padi yang mereka tanam, seperti di Kelurahan Lelateng diman beberapa hektare padi yang baru ditanam menguning dan terancam mati.

"Kalau ada petugas kami bisa menanyakan penyebab dan cara menanggulanginya, tapi petugas penyuluh jarang kesini," kata salah seorang petani.

Terkait keluhan ini, Wiratma mengaku, petugasnya sudah turun ke wilayah tersebut untuk mengecek, dan menemukan penyebabnya karena kandungan asam tanah yang terlalu tinggi akibat air hujan.

Ia mengatakan, kondisi seperti itu biasa terjadi pada padi yang baru ditanam saat curah hujan tinggi, apalagi kalau posisi tanahnya rendah serta strukturnya kenyal.

"Kami imbau petani untuk menambah dengan kapur pertanian saat hendak menanam, untuk mengurangi kadar asam di tanah akibat curah hujan yang tinggi," katanya.

Menurutnya, saat asam tanah naik, akar padi yang baru ditanam tidak mampu menyerap unsur hara, sehingga akan menguning bahkan mati.

Untuk mengantisipasi kerugian petani karena gagal panen, ia menyarankan mereka ikut program asuransi, dengan syarat setelah umur padi 30 hari baru boleh mendaftar.

Ia mengatakan, pihaknya menganggarkan premi asuransi untuk 10 ribu hektare lahan pertanian dengan dana Rp400 juta.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017