Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menilai "travel advisory" atau saran untuk tidak bepergian dari Pemerintah Australia ke Indonesia, termasuk Pulau Dewata, tidak akan memengaruhi kunjungan wisatawan dari Negeri Kangguru itu ke daerah yang dipimpinnya.
"Semua negara memang harus membuat peringatan supaya warganya berhati-hati, tetapi bukan melarang datang," kata Pastika usai menjadi Inspektur Upacara pada Gelar Pasukan Operasi Lilin Agung 2016, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, jajaran aparat keamanan di Pulau Dewata sudah bekerja keras untuk menjaga keamanan daerah setempat dan selama ini Bali sudah cukup berpengalaman menghadapi "travel advisory".
"Konsekuensi logis sebagai daerah pariwisata yang didatangi oleh manusia dari seluruh dunia, pasti Bali akan menjadi target teroris. Oleh karena itu, kewaspadaan kita harus ditingkatkan. Kita harus tahu itu," ucapnya.
Namun, Pastika mengingatkan bahwa keamanan tidak jatuh dari langit. Keamanan harus terus diupayakan dan dipelihara dengan baik. "Operasi yang disusun ini (Operasi Lilin-red), salah satu usaha untuk itu," ujarnya.
Pastika juga mengimbau wisatawan yang datang ke Bali untuk berhati-hati dengan barang bawaan jangan sampai dicuri. "Akibatnya tasnya hilang, kesel `nggak ada isinya, ditulis bom," selorohnya.
Sementara itu, Wakapolda Bali Brigjen Pol I Nyoman Suryasta mengatakan bahwa "travel advisory" tersebut dibuat Pemerintah Australia hanya mengingatkan kepada warganya yang berada di Bali untuk meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati.
Untuk mengantisipasi aksi teroris, pihaknya juga meningkatkan pengamanan menuju pintu-pintu masuk Bali seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai.
"Sedangkan pelabuhan-pelabuhan kecil dilakukan kegiatan razia oleh kewilayahan dengan di-back up Polda Bali," ucapnya.
Terkait dengan penemuan tas mencurigakan akhir-akhir ini di daerah Pesanggaran (Kabupaten Badung) dan Ubud (Kabupaten Gianyar), kepolisian tengah berupaya untuk mengungkap siapa pelakunya.
"Kami juga bekerja sama dengan Densus untuk menyelidiki dan mengungkap, kemungkinan kaitannya dengan pelaku teroris," ujar Suryasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Semua negara memang harus membuat peringatan supaya warganya berhati-hati, tetapi bukan melarang datang," kata Pastika usai menjadi Inspektur Upacara pada Gelar Pasukan Operasi Lilin Agung 2016, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, jajaran aparat keamanan di Pulau Dewata sudah bekerja keras untuk menjaga keamanan daerah setempat dan selama ini Bali sudah cukup berpengalaman menghadapi "travel advisory".
"Konsekuensi logis sebagai daerah pariwisata yang didatangi oleh manusia dari seluruh dunia, pasti Bali akan menjadi target teroris. Oleh karena itu, kewaspadaan kita harus ditingkatkan. Kita harus tahu itu," ucapnya.
Namun, Pastika mengingatkan bahwa keamanan tidak jatuh dari langit. Keamanan harus terus diupayakan dan dipelihara dengan baik. "Operasi yang disusun ini (Operasi Lilin-red), salah satu usaha untuk itu," ujarnya.
Pastika juga mengimbau wisatawan yang datang ke Bali untuk berhati-hati dengan barang bawaan jangan sampai dicuri. "Akibatnya tasnya hilang, kesel `nggak ada isinya, ditulis bom," selorohnya.
Sementara itu, Wakapolda Bali Brigjen Pol I Nyoman Suryasta mengatakan bahwa "travel advisory" tersebut dibuat Pemerintah Australia hanya mengingatkan kepada warganya yang berada di Bali untuk meningkatkan kewaspadaan dan hati-hati.
Untuk mengantisipasi aksi teroris, pihaknya juga meningkatkan pengamanan menuju pintu-pintu masuk Bali seperti di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Padangbai.
"Sedangkan pelabuhan-pelabuhan kecil dilakukan kegiatan razia oleh kewilayahan dengan di-back up Polda Bali," ucapnya.
Terkait dengan penemuan tas mencurigakan akhir-akhir ini di daerah Pesanggaran (Kabupaten Badung) dan Ubud (Kabupaten Gianyar), kepolisian tengah berupaya untuk mengungkap siapa pelakunya.
"Kami juga bekerja sama dengan Densus untuk menyelidiki dan mengungkap, kemungkinan kaitannya dengan pelaku teroris," ujar Suryasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016