Kuta Bisa Dijadikan Model Pembelajaran Pariwisata Budaya

Pewarta :

Kuta Bisa Dijadikan Model Pembelajaran Pariwisata Budaya

Denpasar (Antara Bali) - Pengembangan pariwisata desa adat di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, bisa dijadikan model pembelajaran bagi daerah lain di Indonesia yang berminat menjadikan modal budaya sebagai dasar pengembangan pariwisata.

"Studi banding ke Desa Adat Kuta akan memperoleh pengetahuan baru atau menambah wawasan tentang pariwisata yang berkembang seiring dinamika pariwisata global," kata dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi, MPar di Denpasar, Senin.

Pria kelahiran Batuyang, Gianyar 48 tahun silam itu, melakukan penelitian dan kajian terhadap desa adat Kuta untuk meraih gelar doktor pada program studi kajian budaya Universitas Udayana dan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Ia mengatakan, kawasan wisata Kuta yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam dan luar negeri yang berlibur ke Pulau Dewata merupakan desa adat pertama dari 1.452 desa pekraman di Bali yang pariwisatanya berkembang pesat.

Bahkan dalam pengembangan tersebut sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan terintegrasi dengan fasilitas peruntukan warga desa adat setempat untuk menggelar berbagai kegiatan adat dan ritual.

Ketut Sumadi mengatakan, hasil studi banding itu diharapkan mampu melahirkan gagasan-gagasan dalam mengembangkan pariwisata berlandaskan budaya sesuai kondisi masing-masing wilayah.

Oleh sebab itu penelitian tentang modal budaya sebagai dasar pengembangan pariwisata perlu terus dilanjutkan, mengingat perubahan terjadi seirama perkembangan iptek yang mempengaruhi kehidupan masyarakat dan dinamika pariwisata dunia.

Sumadi menambahkan, modal budaya sebagai dasar pengembangan pariwisata di desa adat Kuta menunjukkan, kebudayaan telah menjadi propaganda pemerintah dan pengusaha pariwisata untuk mengajak masyarakat bisa menerima ideologi pasar yang penuh persaingan dan gaya hidup yang pragmatis.

Oleh sebab itu kebudayaan tidak hanya sebagai pengarah yang menentukan dalam suatu masyarakat yang dipatuhi atau menjadi petunjuk arah dalam praktek yang berhubungan dengan religisitas, namun menjadi modal promosi pariwisata bagi perjuangan kepentingan  merebut keuntungan ekonomi pasar wisata, tutur Ketut Sumadi.(*)
Editor: Masuki
COPYRIGHT © ANTARA News Bali