Denpasar, 21/3 (Antara Bali) - Daerah tujuan wisata Pulau Bali mengalami gelap gulita tanpa penerangan setitik cahaya lampu yang bersinar saat umat Hindu menunaikan ibadah Tapa Beratha Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1937, Sabtu malam.
Salah satu dari empat pantangan yang dilakukan Umat Hindu pada hari peralihan tahun baru dari tahun Saka 1936 ke 1937 itu menyangkut Amati Geni yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerangan listrik.
Dengan demikian suasana gelap gulita terjadi di mana-mana dan masyarakat sejak pagi hari telah mengurung diri dalam rumah masing-masing untuk melaksanakan empat pandangan.
Pantangan lainnya adalah amati karya (tidak bekerja dan aktivitas lainnya), amati Lelungan (tidak bepergian) dan amati Lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).
Pada malam kegelapan itu petugas keamanan desa adat (pecalang) dan tokoh masyarakat di masing-masing desa adat (pekraman) melakukan pemantauan menyangkut keamanan.
Bali pada malam Hari Suci Nyepi menjadi gelap gulita, karena seluruh penerangan listrik dipadamkan, baik di jalan, rumah-rumah penduduk yang jumlahnya seluruhnya mencapai 1.090.000 pelanggan.
Sementara semua hotel yang tersebar di kawasan Sanur, Kuta, Nusa Dua dan pusat-pusat kawasan wisata lainnya di Bali jauh sebelumnya telah diimbau agar sedapat mungkin tidak menyalakan listrik yang sinarnya sampai memantul ke luar.
Hampir tidak ada lampu yang menyala, hanya kegelapan dan kesunyiaan yang nyaris menjadikan Pulau Seribu Pura itu bagaikan "Pulau mati tanpa penghuni".
Kondisi demikian menambah kekhusukan umat Hindu melaksanakan Catur Tapa Beratha Penyepian. Semua itu menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, pada hakekatnya merupakan tuntunan untuk mengheningkan pikiran dengan mengendalikan api nafsu indria (keserakahan).
Umat Hindu wajib mematuhinya, dan umat lain diimbau dapat melakukan hal yang sama, namun kalau toh harus menyalakan lampu diharapkan tidak mencolok, yakni sinarnya tidak sampai menyorot ke luar rumah.
PT PLN Distribusi Bali menurut Kepala Humasnya Wayan Redika memprediksikan penggunaan energi listrik berkurang hingga 50 persen.
Pemakaian listrik di Bali kini beban puncaknya mencapai 850 MW sehingga pemakaian pada hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1937 diperkirakan hanya 425 MW, sementara pada Nyepi tahun sebelumnya hanya 390 MW.
Meskipun pemakaian listrik berkurang separuhnya, namun pembangkit listrik tetap beroperasi dengan baik, namun tidak menutup kemungkinan mengistirahatkan beberapa pusat pembangkit.
Pelanggan yang mencapai sejuta lebih itu terdiri atas 70 persen perusahaan, termasuk kalangan hotel, bandara Ngurah Rai dan 30 persen perorangan. Konsumen perorangan itulah yang tidak menggunakan energi listrik selama sehari penuh, sementara konsumen perusahaan khususnya hotel dan bandara Ngurah Rai tetap memerlukannya untuk operasional dan pelayanan, ujar Redika. (WDY)
Bali Gelap Gulita Tanpa Penerangan
Minggu, 22 Maret 2015 5:56 WIB