Denpasar (Antara Bali) - Fasilitas dan sarana pendukung untuk proses belajar mengajar mahasiswa Jurusan Patung Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dinilai masih sangat minim.
"Studio pengolahan bahan baku patung misalnya kurang memadai, padahal idealnya harus didukung studio untuk pengolahan tanah, logam, kayu, beton dan studio bahan patung lainnya " kata Ketua Jurusan Minat Patung FSRD ISI Denpasar, Drs. Wayan Sukarya di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan sarana dan fasilitas pendukung untuk proses belajar mengajar itu kepada pihak rektor lembaga pendidikan tinggi seni tersebut.
"Mudah-mudahan bisa segera terpenuhi, karena studio pengolahan bahan baku patung itu sangat penting bagi para mahasiswa," harap Sukarya.
Untuk pertama kalinya dua mahasiswanya dalam mengikuti ujian akhir sekaligus menampilkan masing-masing delapan karya seni patung yang dibuat dari bahan yang berbeda-beda mulai dari logam, beton dan fiberglass.
Kedua mahasiswa yang dinilai cukup kreatif itu masing-masing I Ketut Putrayasa dan Dewa Putu Budiarta yang mampu menunjukkan karya seni yang cukup signifikan.
Kedua mahasiswa itu sudah menampilkan karya patung menggunakan bahan baku logam dan fiberglass, meskipun hanya diberikan dalam sebatas teori.
Sedangkan prakteknya bekerja sama dengan galeri dan perajin pembuat patung. Oleh sebab itu lembaga pendidikan tinggi seni idealnya didukung dengan fasilitas yang memadai, tutur Sukarya.
I Ketut Putrayasa dalam ujian akhir itu membuat delapan karya patung sebagai ekspresi gerak wanita yang dibuat dari bahan logam yang berasal dari limbah-limbah bekas besi beton bangunan dan akar kayu yang dipungutnya di tepi laut.
Kedelapan karya patung itu terinspirasi dari gerak tubuh wanita. Sementara delapan patung karya Dewa Putu Budiarta terinspirasi dari gerak tari Bali yang dilakoni oleh perempuan.
Putrayasa menjelaskan, jika gerak tubuh dipahami secara lebih dalam akan berfungsi sebagai sarana mengekspresikan keadaan mental seseorang, sekaligus dieksplorasi menjadi simbol bahasa ungkapan yang memiliki artikulasi.
Sebagai contoh gerak tubuh gemetar dan terpaku yang dapat diartikan seseorang mengalami ketegangan, ketakutan karena melihat atau mengalami suatu hal yang menyeramkan.
Gerak tubuh yang tidak bisa diam atau mondar - mandir menandakan kegelisahan, gerak tubuh yang selalu merunduk menandakan seseorang sedang malu, mengamuk menandakan seseorang sedang mengekspresikan rasa marah.
Demikian pula gerak melompat-lompat dan menari-nari menandakan seseorang sedang gembira. Gerak manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial masyarakat dimana sedang berada, ujar Ketut Putrayasa. (WDY)
Fasilitas Jurusan Patung ISI Masih Minim
Rabu, 25 Juni 2014 14:39 WIB