Denpasar (Antara Bali) - Bulog Divisi Regional Bali hanya berhasil membeli sebanyak 45.240 ton beras produksi petani setempat pada musim panen awal 2014, sebagai tambahan persediaan beras untuk stok nasional.
"Kami memang sedikit mampu membeli beras petani, karena harga di pasaran jauh lebih tinggi dari ketentuan pemerintah, sehingga petani lebih senang menjual ke pasaran," kata Kepala Bulog Divisi Regional Bali Gede Rempiana di Denpasar Jumat.
Masyarakat petani bebas memperdagangkan hasil produksinya ke pasaran, tentu dengan harga yang lebih baik. Bali menjadi daerah kunjungan wisata tentu banyak memerlukan beras dengan harga yang cukup menggairahkan bahkan melebihi harga patokan pemerintah.
Ia menjelaskan, harga gabah hasil produksi petani Bali rata-rata Rp4.200 per kg gabah kering panen, jauh di atas harga yang ditetapkan pemerintah Rp3.300 per kg, sehingga Bulog tidak wajib membeli beras salah satu kebutuhan pokok masyarakat tersebut.
Jika harga gabah atau beras di pasaran di bawah harga patokan yang tetapkan pemerintah, Bulog wajib membelinya untuk mengangkat harga yang diterima petani, kata dia sambil menyebutkan, pihaknya memerlukan sekitar 2.600 ton beras setiap bulan.
Beras sebanyak itu dimanfaatkan untuk memperlancar program pemerintah yakni merealisasikan beras untuk masyarakat miskin atau Raskin untuk daerah Bali diperlukan 2.300 ton per bulan dan 300 ton lagi memenuhi permintaan dari TNI.
Sedikit pengadaan beras di daerah ini tidak masalah, karena Bali memiliki persediaan beras sebagai stok nasional sebanyak 7.437 ton hingga 6 April 2014, yang tersimpan di sejumlah gudang milik Bulog cukup untuk pemenuhan kebutuhan tiga bulan mendatang. (ADT)