Gianyar (ANTARA) - Ratusan warga Desa Adat Tegallalang mengikuti Tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan di Pura Duur Bingin Desa Adat Tegallalang-Gianyar, Bali, Rabu.
Bendesa Adat Tegallalang, Dewa Nyoman Rai Widiana menjelaskan Tradisi Ngerebeg adalah warisan turun temurun yang dilaksanakan sehari menjelang puncak karya piodalan Pura Duur Bingin, Desa Adat Tegalalang yang jatuh enam bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Wraspati Umanis Pahang.
“Ngerebeg dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk memeriksa atau menggeledah wilayah desa adat Tegallalang secara niskala dan sekala biar kondusif untuk menyongsong piodalan”, ujarnya saat ditemui di lokasi acara.
Dalam rangkaian Tradisi Ngerebeg tersebut, hal pertama yang dilaksanakan adalah upacara pecaruan atau menghaturkan sarana untuk buta kala/ energi negatif, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau megibung di areal pura dan terakhir dilaksanakan Tradisi Ngerebeg.
Dalam kesempatan yang sama Ari, salah satu pemuda yang ikut dalam Tradisi Ngerebeg ini juga menegaskan bahwa tradisi ini bertujuan untuk menetralisir energi negatif atau bhuta kala sesuai arah mata angin yaitu, utara, timur, selatan dan barat.
“Saya mengikuti tradisi ini setiap 6 bulan sekali dengan mempersiapkan keperluan upacaranya h-1 seperti mempersiapkan penjor yang terbuat dari ambu atau janur, dan pelepah pohon salak, dan itu dipersiapkan setiap orang satu penjor," ujarnya.
Ritual ini diikuti oleh anak-anak dan remaja yang wajahnya dihiasi dengan aneka motif menyeramkan yang kemudian melakukan prosesi arak-arakan keliling desa sambil membawa berbagai hiasan penjor dari pelepah salak dan pelepah daun jaka atau aren.
