Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menggali potensi kerja sama potensial salah satunya pengembangan baterai untuk kendaraan listrik (EV) dengan negara-negara di kawasan Afrika.
“Dari sisi ekonomi banyak potensi yang belum tersentuh,” kata Menteri Investasi RI/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani di sela diskusi Forum Kemitraan Multi-Sektor (HLF MSP) dan Forum Indonesia Afrika (IAF) ke-2 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Ia menjelaskan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki sumber daya nikel terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) cadangan komoditas nikel di Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia atau setara dengan 23 persen cadangan dunia.
Indonesia memiliki sumber daya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam dengan jumlah cadangan mencapai 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam.
Ada pun nikel merupakan salah satu komponen utama kendaraan listrik yang saat ini dibutuhkan masyarakat untuk menekan emisi karbon dari kendaraan yang masih mengonsumsi bahan bakar fosil.
Di sisi lain, negara-negara di Afrika juga memiliki sumber daya besar yang menjadi salah satu komponen bahan baku utama baterai untuk kendaraan listrik di antaranya Litium dan Fosfat.
Ia menjelaskan, Zimbabwe adalah salah satu negara yang memiliki cadangan litium terbesar di Afrika dan Maroko merupakan negara penghasil fosfat yang menjadi komponen utama baterai listrik.
“Baterai untuk kendaraan listrik akan menjadi kontributor besar untuk energi bersih untuk mencapai emisi nol karbon. Kami memiliki komitmen mencapai energi nol 2060 dan kami lakukan bertahap,” katanya.
Selain dari sisi energi baru terbarukan, Rosan juga menekankan potensi kerja sama ekonomi lain yang berpotensi digarap di antaranya dari sektor kelautan yakni pengembangan industri rumput laut yang dapat diolah untuk kebutuhan farmasi dan pangan.
Sektor lainnya yang berpotensi menjadi kerja sama Indonesia Afrika termasuk kawasan Global Selatan (Global South) yakni perkebunan kelapa sawit karena Indonesia merupakan salah negara produsen kelapa sawit dunia.
Yang tidak kalah penting, lanjut dia, adalah kerja sama peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Pemerintah Indonesia, imbuh Rosan, juga menyiapkan insentif pajak hingga 200 persen kepada perusahaan yang menerapkan pendidikan vokasi untuk mendukung peningkatan kapasitas SDM.
“Kami menyakini menumbuhkan ekonomi tanpa meningkatkan SDM tidak mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Mudah-mudahan kita bisa berbagi hal ini dengan negara-negara Global South,” imbuhnya.
Baca juga: Menko Luhut bidik Afrika jadi pasar baterai EV produksi Indonesia
Baca juga: Luhut: Indonesia siap jadi pemain inti rantai pasok kendaraan listrik