Jakarta (Antara Bali) - Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Farouk Muhammad menilai maraknya teror yang terjadi belakangan ini di sejumlah daerah, disebabkan dunia intelijen nasional masih merupakan produk lama.
"Kemampuan intelijen kita baik kualitas maupun kuantitas masih bentukan intelijen lama, produk lama. Walaupun ada pendidikan baru tetapi pendekatan dan sosialisasinya cara lama, sementara ancaman sudah canggih di mana kuantitas kecil tapi kualitas tinggi," kata Farouk di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan karena cara-cara yang digunakan intelijen nasional tidak berkembang, akibatnya timbul pertanyaan atas kemampuan lembaga tersebut dalam mencegah munculnya teror di sejumlah tempat.
Menurut dia, dunia intelijen seharusnya mampu bertindak cepat, dan bersifat lintas negara dengan menggunakan teknologi informasi tinggi.
Dia mengharapkan pemerintah dapat mengkaji kembali sistem intelijen nasional, sebab menurut dia, pendekatan yang dilakukan intelijen saat ini tidak lepas dari intelijen bentukan orde baru.
"Sekarang dunia intelijen harus lebih banyak membuka jaringan. Di mana Polisi Masyarakat atau Polmas harus ditingkatkan perannya, agar pendekatannya dari tingkat bawah dulu baru ke atas," ujar dia.(LHS/IGT)
Intelijen Indonesia Tak Berkembang
Rabu, 14 November 2012 16:39 WIB