Negara (Antara Bali) - Populasi penyu di Kabupaten Jembrana terus menurun dalam dua tahun terakhir, diduga karena pergantian iklim yang ekstrim serta sampah yang dibuang ke laut.
"Sejak tahun 2014, jumlah penyu yang membuat sarang dan bertelur di pesisir pantai Jembrana terus menurun," kata Koordinator Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih I Wayan Anom Astika Jaya, Jumat.
Ia mengatakan, dari pendataan berdasarkan sarang penyu oleh kelompoknya yang berada di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, tahun 2014 ditemukan 256 sarang, tahun 2015 183 sarang dan hingga bulan Desember 2016 turun lagi menjadi 167 sarang.
Menurutnya, pada tahun 2014 dari 14.012 butir telur, yang berhasil menetas 12.195 ekor yang seluruhnya dilepaskan ke laut, tahun 2015 ditemukan 12.539 telur dengan 8.940 diantaranya berhasil menetas, dan tahun 2016 meskipun jumlah sarangnya berkurang namun jumlah telur penyu yang ditemukan meningkat menjadi 13.141 butir dengan jumlah yang menetas 11.509 ekor.
"Kalau faktor alam seperti cuaca tidak banyak yang bisa dilakukan, tapi kalau masalah sampah di laut, diperlukan kesadaran manusia, karena sampah yang mereka buang berdampak negatif bagi habitat laut," katanya.
Dari ribuan anak penyu atau tukik yang berhasil pihaknya tetaskan dan dilepas ke laut, jenisnya didominasi penyu lekang.
Sedangkan Ahmad Januar, salah seorang petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Jembrana mengaku, pihaknya belum menghitung secara menyeluruh untuk memprediksi populasi penyu dari tiga kelompok konservasi di wilayah tersebut.
"Namun dari data awal, memang populasi penyu cenderung menurun akibat anomali cuaca, seperti yang harusnya musim hujan malah kemarau. Kami akan hitung dulu data pastinya untuk tahun 2016," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Sejak tahun 2014, jumlah penyu yang membuat sarang dan bertelur di pesisir pantai Jembrana terus menurun," kata Koordinator Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih I Wayan Anom Astika Jaya, Jumat.
Ia mengatakan, dari pendataan berdasarkan sarang penyu oleh kelompoknya yang berada di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, tahun 2014 ditemukan 256 sarang, tahun 2015 183 sarang dan hingga bulan Desember 2016 turun lagi menjadi 167 sarang.
Menurutnya, pada tahun 2014 dari 14.012 butir telur, yang berhasil menetas 12.195 ekor yang seluruhnya dilepaskan ke laut, tahun 2015 ditemukan 12.539 telur dengan 8.940 diantaranya berhasil menetas, dan tahun 2016 meskipun jumlah sarangnya berkurang namun jumlah telur penyu yang ditemukan meningkat menjadi 13.141 butir dengan jumlah yang menetas 11.509 ekor.
"Kalau faktor alam seperti cuaca tidak banyak yang bisa dilakukan, tapi kalau masalah sampah di laut, diperlukan kesadaran manusia, karena sampah yang mereka buang berdampak negatif bagi habitat laut," katanya.
Dari ribuan anak penyu atau tukik yang berhasil pihaknya tetaskan dan dilepas ke laut, jenisnya didominasi penyu lekang.
Sedangkan Ahmad Januar, salah seorang petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Jembrana mengaku, pihaknya belum menghitung secara menyeluruh untuk memprediksi populasi penyu dari tiga kelompok konservasi di wilayah tersebut.
"Namun dari data awal, memang populasi penyu cenderung menurun akibat anomali cuaca, seperti yang harusnya musim hujan malah kemarau. Kami akan hitung dulu data pastinya untuk tahun 2016," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016