Jimbaran (Antara Bali) - Organisasi Pelayanan Navigasi Penerbangan Sipil (Canso) bertemu di Jimbaran, Kabupaten Badung, untuk membahas keamanan dan operasional penerbangan regional kawasan Asia Pasifik yang digelar AirNav Indonesia.
"Tujuan dari pertemuan ini untuk berbagi pengalaman dan membahas isu penting terkait keamanan dan operasional penerbangan," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Bambang Tjahjono usai pembukaan pertemuan Canso di Jimbaran, Kabupaten Badung, Selasa.
AirNav menjadi tuan rumah pertemuan yang dihadiri 14 negara kawasan seperti Australia, Singapura, Uni Eropa, Thailand, Jepang, Taiwan, Selandia Baru, Vietnam, Filipina, Nepal, Bangladesh, Maladewa dan Papua Nugini. Seluruh anggota dalam Canso itu melayani sekitar 85 persen ruang udara di dunia.
Isu penting lain yang dibahas menyangkut kolaborasi "Automatic Dependent Surveillance-Broadcasting" (ADS-B) teknologi untuk mengetahui posisi pesawat atau semacam GPS dan kolaborasi manajemen lalu lintas penerbangan dengan meteorologi hingga penerapan manajemen lalu lintas penerbangan (ATFM).
Bambang menuturkan kolaborasi ADS-B itu penting dilakukan antarnegara di dalam kawasan seperti Indonesia dengan Australia. Sejumlah kawasan yang perlu melakukan hal serupa di antaranya ruang udara di atas Laut China Selatan, Samudera Hindia dan Teluk Benggala.
Dia menjelaskan bahwa kerja sama operator navigasi penerbangan di kawasan Asia Pasifik diperlukan mengingat dalam 20 tahun mendatang diprediksi pertumbuhan lalu lintas penerbangan dunia tumbuh 5,7 persen setiap tahunnya.
"Jumlah penumpang dan lalu lintas penerbangan terus bertambah dan penerbangan merupakan salah satu kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk itu penting bagi operator navigasi penerbangan untuk melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas serta mempertahankan level pelayanan dan keselamatan," katanya.
Sementara itu Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo yang turut hadir dalam pertemuan itu menjelaskan bahwa pihaknya menjembatani kerja sama dengan negara lain untuk peningkatan teknologi dan pelayanan lebih efisien sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah.
"Regulator sebagai pembina teknis, apa pun yang dilakukan AirNav itu dikonsultasikan kepada regulator dan kami dukung upaya tersebut," ucapnya. (ADT/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tujuan dari pertemuan ini untuk berbagi pengalaman dan membahas isu penting terkait keamanan dan operasional penerbangan," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Bambang Tjahjono usai pembukaan pertemuan Canso di Jimbaran, Kabupaten Badung, Selasa.
AirNav menjadi tuan rumah pertemuan yang dihadiri 14 negara kawasan seperti Australia, Singapura, Uni Eropa, Thailand, Jepang, Taiwan, Selandia Baru, Vietnam, Filipina, Nepal, Bangladesh, Maladewa dan Papua Nugini. Seluruh anggota dalam Canso itu melayani sekitar 85 persen ruang udara di dunia.
Isu penting lain yang dibahas menyangkut kolaborasi "Automatic Dependent Surveillance-Broadcasting" (ADS-B) teknologi untuk mengetahui posisi pesawat atau semacam GPS dan kolaborasi manajemen lalu lintas penerbangan dengan meteorologi hingga penerapan manajemen lalu lintas penerbangan (ATFM).
Bambang menuturkan kolaborasi ADS-B itu penting dilakukan antarnegara di dalam kawasan seperti Indonesia dengan Australia. Sejumlah kawasan yang perlu melakukan hal serupa di antaranya ruang udara di atas Laut China Selatan, Samudera Hindia dan Teluk Benggala.
Dia menjelaskan bahwa kerja sama operator navigasi penerbangan di kawasan Asia Pasifik diperlukan mengingat dalam 20 tahun mendatang diprediksi pertumbuhan lalu lintas penerbangan dunia tumbuh 5,7 persen setiap tahunnya.
"Jumlah penumpang dan lalu lintas penerbangan terus bertambah dan penerbangan merupakan salah satu kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk itu penting bagi operator navigasi penerbangan untuk melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas serta mempertahankan level pelayanan dan keselamatan," katanya.
Sementara itu Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo yang turut hadir dalam pertemuan itu menjelaskan bahwa pihaknya menjembatani kerja sama dengan negara lain untuk peningkatan teknologi dan pelayanan lebih efisien sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah.
"Regulator sebagai pembina teknis, apa pun yang dilakukan AirNav itu dikonsultasikan kepada regulator dan kami dukung upaya tersebut," ucapnya. (ADT/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016