Denpasar (Antara Bali) - Para penyuluh bahasa Bali yang merupakan tenaga kontrak Pemerintah Provinsi Bali telah membentuk 1.820 kelompok belajar yang tersebar di berbagai desa di Pulau Dewata.

"Kelompok belajar ini dibentuk setelah penyuluh melakukan pemetaan selama dua bulan di tiap-tiap desa tempat penyuluh bertugas," kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali I Nyoman Suka Ardiyasa di Denpasar, Senin.

Menurut dia, dari hasil pemetaan didapatkan bahwa selain menyelamatkan naskah-naskah lontar yang telah rusak, penyuluh bahasa Bali juga dipandang perlu memberikan penyuluhan secara intensif kepada anak-anak.

Sebanyak 651 penyuluh Bahasa Bali telah berhasil membentuk 1.820 kelompok belajar bahasa Bali dengan jumlah peserta mencapai 64.325 orang.

Rinciannya, yakni kelompok belajar dengan peserta terbanyak terdapat di Kabupaten Tabanan yang mencapai 14.292 peserta dari 297 kelompok belajar yang berhasil dibentuk, disusul Kabupaten Karangasem yang berhasil membentuk 322 kelompok belajar dengan jumlah peserta mencapai 11.901 orang.

Sementara Kabupaten Buleleng berhasil membentuk 352 kelompok belajar dengan peserta 9.433 orang, Kabupaten Jembrana berhasil membentuk 166 kelompok belajar dengan jumlah peserta mencapai 7.290 orang.

Selanjutnya di Kabupaten Gianyar berhasil dibentuk 160 kelompok belajar dengan peserta sebanyak 6.551 orang, Kabupaten Klungkung dibentuk 173 kelompok belajar dengan peserta mencapai 5.086 orang, Kabupaten Bangli dibentuk 195 kelompok belajar dengan jumlah peserta sebanyak 4.322 orang.

Kabupaten Badung yang berhasil membentuk 129 kelompok belajar dengan peserta sebanyak 4.271 peserta dan jumlah kelompok belajar paling sedkit ternyata ada di Denpasar yang baru berhasil membentuk 26 kelompok belajar dengan jumlah peserta sebanyak 1.183 peserta.

Kelompok belajar bahasa Bali ini dibentuk mengingat kemajuan zaman dan teknologi telah mengikis kesadaran orang tua untuk mau mengajarkan bahasa Bali kepada anaknya. Selain itu, di sebagian besar sekolah dasar yang mengajarkan pelajaran bahasa Bali di sekolah adalah guru kelas sehingga pembelajaran bahasa Bali untuk anak-anak SD dirasa belum maksimal," ujar Suka Ardiyasa.

Dia menambahkan, kelompok belajar bahasa Bali ini dilaksanakan di pasraman-pasraman yang sudah terbentuk di setiap desa dan balai banjar, juga dengan meminjam tempat di sekolah di luar jam pelajaran.

"Kelompok belajar digelar di luar jam sekolah, agar anak-anak bisa mendapatkan pelajaran bahasa Bali secara intensif dan rutin dengan harapan akan tumbuh semangat anak-anak untuk belajar Bahasa Bali dan menguasainya secara menyeluruh," kata pria asal Sukasada, Buleleng, ini.

Peserta kelompok belajar ini difokuskan untuk anak-anak yang sedang duduk di kelas 4 hingga kelas 6 SD. Namun demikian penyuluh tidak membatasi peserta untuk anak-anak yang mau ikut belajar bahasa Bali.

Bahkan tak jarang penyuluh juga membentuk kelompok belajar yang pesertanya merupakan anak-anak yang tidak beragama Hindu dan anak-anak yang berasal dari luar Bali.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengapresiasi kinerja penyuluh bahasa Bali yang hingga Oktober 2016 telah berhasil membentuk 1.820 kelompok belajar dengan jumlah peserta mencapai puluhan ribu.

Dengan adanya kelompok belajar ini, ujar dia, sangat membantu Dinas Kebudayaan dalam pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali.

"Dari sini kita mulai program pelestarian bahasa Bali tentunya dengan peningkatan program di tahun berikutnya," ujarnya.

Pihaknya juga mengapresiai langkah penyuluh Bahasa Bali yang akan menggelar Festival Nyurat Aksara Bali atau Festival Nyastra yang akan digelar pada pertengahan Desember 2016 mendatang sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan kelompok belajar di tiap-tiap desa.

"Kami dukung pelaksanaan festival yang rencananya melibatkan ribuan peserta dari anak-anak yang mengikuti kelompok belajar. Sebagai bentuk evaluasi dan motivasi terhadap kinerja penyuluh," ucap Dewa Beratha. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016