Nusa Dua (Antara Bali) - Sidang Umum Asia Pasific Broadcasting Union (ABU) ke-53 di Nusa Dua, Bali, fokus membahas tantangan penyiaran informasi bencana dan perubahan iklim.
Presiden ABU, Hikaru Doumoto di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin, menjelaskan bahwa media memiliki kewajiban berada di depan dalam menyampaikan informasi terkait bencana dan mencegah korban lebih banyak.
Executive Vice President NHK Jepang itu menyatakan bahwa media memiliki peran yang besar dalam mengedukasi masyarakat dan menyampaikan informasi dan berita yang akurat menyangkut perubahan iklim dan tantangan bencana kepada publik.
Dalam forum tersebut tantangan bencana dan perubahan iklim akan dibawa melalui sesi super panel pada Selasa (25/10) dengan tajuk "Media Menghadapi Perubahan Iklim dan Tantangan Bencana" dan diikuti dengan sesi kedua bertajuk "Penyiaran untuk semua" Keanekaragaman dan Inklusi Media".
Selanjutnya forum juga mendiskusikan materi bertajuk "Konten untuk Masa Depan".
Doumoto menambahkan bahwa banyak negara anggota ABU berada di kawasan yang rawan bencana seperti Jepang, India dan Indonesia yang memiliki kawasan cincin api dengan bencana erupsi gunung berapi dan gempa bumi yang kerap melanda.
Pertemuan diharapkan menjadi momentum bagi 278 anggota dari 69 negara di dunia untuk saling berbagi pengalaman untuk memperkaya dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat menyangkut teknologi dalam bidang penyiaran.
Direktur Utama LPP RRI, Mohammad Rohanudin mengatakan bahwa RRI sebagai tuan rumah yang melaksanakan forum tersebut mengenalkan teknologi baru penyiaran yakni RRI Play.
Aplikasi itu dinilai sebagai salah satu aplikasi terbaik di kawasan Asia Pasifik yang memiliki tujuan meningkatkan pelayanan publik untuk mencerdarkan pendengarnya melalui teknologi media.
"Pendengar dapat mendengarkan program RRI yang disiarkan dari seluruh stasiun di Indonesia dengan mengunduh RRI Play," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Presiden ABU, Hikaru Doumoto di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin, menjelaskan bahwa media memiliki kewajiban berada di depan dalam menyampaikan informasi terkait bencana dan mencegah korban lebih banyak.
Executive Vice President NHK Jepang itu menyatakan bahwa media memiliki peran yang besar dalam mengedukasi masyarakat dan menyampaikan informasi dan berita yang akurat menyangkut perubahan iklim dan tantangan bencana kepada publik.
Dalam forum tersebut tantangan bencana dan perubahan iklim akan dibawa melalui sesi super panel pada Selasa (25/10) dengan tajuk "Media Menghadapi Perubahan Iklim dan Tantangan Bencana" dan diikuti dengan sesi kedua bertajuk "Penyiaran untuk semua" Keanekaragaman dan Inklusi Media".
Selanjutnya forum juga mendiskusikan materi bertajuk "Konten untuk Masa Depan".
Doumoto menambahkan bahwa banyak negara anggota ABU berada di kawasan yang rawan bencana seperti Jepang, India dan Indonesia yang memiliki kawasan cincin api dengan bencana erupsi gunung berapi dan gempa bumi yang kerap melanda.
Pertemuan diharapkan menjadi momentum bagi 278 anggota dari 69 negara di dunia untuk saling berbagi pengalaman untuk memperkaya dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat menyangkut teknologi dalam bidang penyiaran.
Direktur Utama LPP RRI, Mohammad Rohanudin mengatakan bahwa RRI sebagai tuan rumah yang melaksanakan forum tersebut mengenalkan teknologi baru penyiaran yakni RRI Play.
Aplikasi itu dinilai sebagai salah satu aplikasi terbaik di kawasan Asia Pasifik yang memiliki tujuan meningkatkan pelayanan publik untuk mencerdarkan pendengarnya melalui teknologi media.
"Pendengar dapat mendengarkan program RRI yang disiarkan dari seluruh stasiun di Indonesia dengan mengunduh RRI Play," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016