Denpasar (Antara Bali) - Keberadaan "palukatan" atau pembersihan secara spiritual Panca Tirtha di Banjar Bujaga, Desa Nongan, Kabupaten Karangasem semakin banyak dikunjungi warga masyarakat Bali, karena dipercaya dapat menyembuhkan segala macam penyakit gaib.

"Sebenarnya keberadaan sumber mata air ini sudah ada sejak zaman dahulu. Namun waktu itu warga sekitar hanya menggambil untuk keperluan minum dan memasak saja. Tapi karena ada `pawisik` (pesan gaib) agar tempat tersebut ditata, sehingga kelima mata air tersebut menjadi satu dalam sebuah pancuran yang digunakan untuk melukat warga yang sakit," kata Jero Ketut Mekel, seorang pemangku di Pelukatan Panca Tirtha, di Nongan, Bali, Jumat.

Jero Mekel mengaku awalnya pesan gaib yang diterima tidak ditanggapi serius. Bahkan beberapa kali dalam mimpinya sempat didatangi oleh penunggu dari lima sumber mata air tersebut. Namun juga tidak menanggapi dan diabaikan begitu saja.

"Karena saya orang pekerja swasta, semua pesan gaib maupun didatangi oleh penunggu dari sumber mata air tersebut dalam mimpi, saya abaikan saja. Memang lokasi itu munculnya sumber air itu adalah tanah milik leluhurnya dan setiap hari tertentu (kajeng kliwon) saya menyempatkan mencari air dan mandi di lokasi tersebut. Tetapi sejak mendapatkan pesan gaib itu, entah apa yang menggiring saya kepingin setiap hari ke sana ke pancuran," ucapnya yang didampingi Jero Mangku Ariawan.

Jero Mekel menuturkan sejak enam bulan lalu, tempat tersebut sudah ditata, sesuai dengan pesan gaib yang diterimanya. Mulai saat itu warga masyarakat semakin banyak datang. Bahkan kalau warga yang berisi penyakit "magik" ketika menyentuh air pancuran mereka akan teriak-teriak kesurupan.

"Tiyang anak belog ten uning napi, cuman napi sane ditunjukang saking niskala/betara sane melingih deriki, nika sane tiyang uningang ring sane sungkan (saya tidak tahu apa-apa. Apa yang diarahkan dari dewa penunggu air tirtha itu, ya itu yang saya sampaikan kepada warga untuk penyembuhan sakitnya," ucap Jero Mekel.

Ia mengatakan saat ini warga masyarakat yang datang setiap hari semakin meningkat. Bahkan untuk memohon penyembuhan dari pembersihan (palukatan) hingga dini hari. Apalagi pada saat hari-hari besar Hindu, seperti purnama dan tilem serta kajeng keliwon masyarakat yang datang sangat ramai.

"Saya selaku `pengayah` (pelayan) tetap melayani walau itu sampai dini hari. Karena pelayanan yang diberikan berdasarkan dari petunjuk `niskala` atau alam tidak nyata. Kalau itu dilanjutkan hingga malan hari saya lakukan kewajiban," ujarnya.

Jero Mekel mengatakan sudah banyak yang disembuhkan setelah warga masyarakat melakukan "melukat" dipancuran yang diyakini atas anugrah Ida Hyang Widhi lewat perancangan Ida Ratu Dalem Kupa dan Ida Betara Wisnu.

"Banyak warga yang sudah melakukan ritual malukat tersebut disembuhkan penyakitnya, antara lain stroke (lumpuh), bebainan, kena guna-guna, temasuk juga bagi pasangan suami-istri yang belum punya keturunan sejak mereka memohon dan melukan diberikan keturunan. Tempat ini juga dipercaya untuk memohon rezeki dan kesuksesan dalam berkarier," katanya.

Lokasi palukatan tersebut dari Kota Denpasar ke arah timur laut atau sekitar 51 kilometer arah ke Pura Agung Besakih. Tempatnya bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016