Nusa Dua (Antara Bali) - World Culture Forum (WCF) 2016 mengusung kebudayaan pada sistem irigasi tradisional khas Bali atau Subak sebagai salah satu solusi menghindari konflik sebagai dampak berkembangnya era modernisasi.

"Kebudayaan itu sebuah `bagasi` (wadah) untuk menjawab masalah yang ada. Subak dan segala macam ini semestinya kita hidupkan dan dikembangkan karena organisasi itu bisa menjawab banyak persoalan yang dihadapi sekarang," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid disela-sela Forum Budaya Dunia di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.

Menurut dia, subak mampu menjawab permasalahan untuk mengatasi konflik dampak modernisasi sepertinya perebutan lahan, rebutan sumber air hingga rebutan makanan.

Sistem pertanian khas Bali itu menerapkan keadilan bagi para petani yang berada dalam satu kawasan dan telah diterapkan ratusan tahun oleh para leluhur.

Dalam Subak juga diterapkan tiga harmonisasi yakni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia atau yang dikenal dengan Tri Hita Karana, suatu konsep kearifan lokal.

Budaya dalam subak itu pun menjadi salah satu topik yang mengemuka dan diharapkan nilai luhur keharmonisan itu bisa diimplementasikan untuk menghindari konflik tersebut.

WCF 2016 merupakan diskusi kebudayaan dengan Indonesia sebagai pemrakarsa. Tahun ini WCG memasuki yang kedua setelah digelar pada tahun 2013.

Tema yang diangkat pada penyelenggaraan tahun ini adalah "Kebudayaan untuk Pembangunan Berkelanjutan" yang rencananya dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis, 13 Oktober 2016. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016