Jakarta (Antara Bali) - Pegulat Indonesia Andika Sulaeman sukses
menjuarai Kejuaraan Dunia Olahraga Zurkhaneh dan gulat tadisional Iran
Koshti Pahlavani dan meraih medali emas kelas 70-80 kilogram setelah
mengalahkan pegulat Azerbaijan dalam final.
"Alhamdulillah saya senang sekali bisa menang karena ini keikutsertaan saya yang pertama di kejuaraan internasional Koshti Pahlavani," ujar Andika usai bertanding di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Senin.
Dalam pertandingan yang diselenggarakan sebagai bagian dari The Association for International Sport for All (TAFISA) World Sport for All Games atau Pesta Olahraga-Rekreasi Masyarakat Dunia 2016 tersebut, Andika menang setelah sukses membuat bantingan sempurna atas Hasanali Bayramov dari Azerbaijan.
Mahasiswa angkatan 2016 Universitas Negeri Jakarta, yang memperkuat tim Indonesia bersama empat rekan sekampusnya itu, mengaku hanya punya waktu lima hari untuk mempersiapkan diri dalam kejuaraan yang diikuti 17 negara tersebut. Persiapan begitu singkat karena undangan dari panitia mendadak.
Waktu yang sempit itu pun kemudian dimanfaatkan untuk berlatih intensif bersama dengan atlet olahraga Zurkhaneh dan Koshti Pahlavani Iran.
"Untuk pertandingan olahraga Zurkhaneh kami memang kesulitan karena baru tahu itu apa. Namun untuk Koshti Pahlavani tinggal menyesuaikan saja karena teknik dasarnya sama dengan gulat, hanya berbeda pada peraturan, poin dan pakaian yang dikenakan," kata Andika.
Walau belum berusia 20 tahun, Andika Sulaeman sudah cukup kenyang pengalaman di kompetisi gulat, nasional maupun internasional.
Pada tahun 2014, laki-laki yang mulai belajar gulat sejak kelas empat SD ini pernah mengikuti kejuaraan gulat kadet ASEAN di Thailand dan berhasil menyabet medali perak. Terbaru, Andika membela tim PON DKI Jakarta yang bertanding di Jawa Barat.
Sementara itu, Manajer tim Indonesia Bramidi mengatakan dirinya cukup terkejut dengan kemenangan Indonesia. Menurutnya, medali emas itu menunjukkan Indonesia punya bakat besar di sektor gulat, khususnya gulat tradisional Iran dan seharusnya bisa dilibatkan di turnamen-turnamen internasional.
"Kami menunggu turnamen-turnamen internasional berikutnya dan untuk itu kami berharap dukungan dari pemerintah," tutur Bramidi.
Koshti Pahlavani, atau ada yang menyebutnya Koshti Pahlevani, adalah bagian dari olahraga di Zurkhaneh. Ini merupakan kegiatan gulat yang biasanya dilakukan setelah masyarakat Iran berolahraga angkat beban tradisionalnya.
Zurkhaneh, menurut Federasi Olahraga Zurkhaneh Internasional (IZSF), sejatinya nama tempat di mana masyarakat Iran, dahulu Persia, melakukan beberapa gerakan senam kebugaran angkat beban untuk memperkuat tubuh, membentuk jiwa olahragawan, mempraktikkan kerendahan hati dan menghindari kesombongan.
Dalam praktiknya, senam tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa alat diiringi musik sejenis gendang yang disebut "zarb" dan yang seperti lonceng atau "zang".
Sementara beberapa alat yang digunakan dalam senam di Zurkhaneh adalah pentungan yang disebut "meel", papan besar disebut "sang", papan push up dan rantai. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Alhamdulillah saya senang sekali bisa menang karena ini keikutsertaan saya yang pertama di kejuaraan internasional Koshti Pahlavani," ujar Andika usai bertanding di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Senin.
Dalam pertandingan yang diselenggarakan sebagai bagian dari The Association for International Sport for All (TAFISA) World Sport for All Games atau Pesta Olahraga-Rekreasi Masyarakat Dunia 2016 tersebut, Andika menang setelah sukses membuat bantingan sempurna atas Hasanali Bayramov dari Azerbaijan.
Mahasiswa angkatan 2016 Universitas Negeri Jakarta, yang memperkuat tim Indonesia bersama empat rekan sekampusnya itu, mengaku hanya punya waktu lima hari untuk mempersiapkan diri dalam kejuaraan yang diikuti 17 negara tersebut. Persiapan begitu singkat karena undangan dari panitia mendadak.
Waktu yang sempit itu pun kemudian dimanfaatkan untuk berlatih intensif bersama dengan atlet olahraga Zurkhaneh dan Koshti Pahlavani Iran.
"Untuk pertandingan olahraga Zurkhaneh kami memang kesulitan karena baru tahu itu apa. Namun untuk Koshti Pahlavani tinggal menyesuaikan saja karena teknik dasarnya sama dengan gulat, hanya berbeda pada peraturan, poin dan pakaian yang dikenakan," kata Andika.
Walau belum berusia 20 tahun, Andika Sulaeman sudah cukup kenyang pengalaman di kompetisi gulat, nasional maupun internasional.
Pada tahun 2014, laki-laki yang mulai belajar gulat sejak kelas empat SD ini pernah mengikuti kejuaraan gulat kadet ASEAN di Thailand dan berhasil menyabet medali perak. Terbaru, Andika membela tim PON DKI Jakarta yang bertanding di Jawa Barat.
Sementara itu, Manajer tim Indonesia Bramidi mengatakan dirinya cukup terkejut dengan kemenangan Indonesia. Menurutnya, medali emas itu menunjukkan Indonesia punya bakat besar di sektor gulat, khususnya gulat tradisional Iran dan seharusnya bisa dilibatkan di turnamen-turnamen internasional.
"Kami menunggu turnamen-turnamen internasional berikutnya dan untuk itu kami berharap dukungan dari pemerintah," tutur Bramidi.
Koshti Pahlavani, atau ada yang menyebutnya Koshti Pahlevani, adalah bagian dari olahraga di Zurkhaneh. Ini merupakan kegiatan gulat yang biasanya dilakukan setelah masyarakat Iran berolahraga angkat beban tradisionalnya.
Zurkhaneh, menurut Federasi Olahraga Zurkhaneh Internasional (IZSF), sejatinya nama tempat di mana masyarakat Iran, dahulu Persia, melakukan beberapa gerakan senam kebugaran angkat beban untuk memperkuat tubuh, membentuk jiwa olahragawan, mempraktikkan kerendahan hati dan menghindari kesombongan.
Dalam praktiknya, senam tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa alat diiringi musik sejenis gendang yang disebut "zarb" dan yang seperti lonceng atau "zang".
Sementara beberapa alat yang digunakan dalam senam di Zurkhaneh adalah pentungan yang disebut "meel", papan besar disebut "sang", papan push up dan rantai. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016