Denpasar (Antara Bali) - Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,44 persen pada September 2016, lebih besar dibandingkan inflasi perdesaan tingkat nasional pada bulan yang sama tercatat hanya 0,32 persen.
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, enam provinsi di antaranya mengalami deflasi dan 27 provinsi mengalami inflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, deflasi terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara masing-masing 0,31 persen serta terendah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Papua Barat sebesar 0,10 persen.
Sedangkan inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam 0,94 persen dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat 0,03 persen.
Adi Nugroho menambahkan, indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga konsumen (IHK) perdesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Inflasi perdesaan di Bali tersebut dipicu oleh naiknya rata-rata harga pada semua kelompok komoditas mulai dari bahan makanan sebesar 0,74 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,34 persen.
Selain itu juga perumahan 0,18 persen, sandang 0,39 persen, kesehatan 0,37 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,15 persen serta transportasi dan komunikasi 0,12 persen.
Adi Nugroho menambahkan, secara umum komoditas penyumbang inflasi antara lain beras, bawang putih, bawang merah, minyak goreng,, pisang, daging babi dan rokok filter. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, enam provinsi di antaranya mengalami deflasi dan 27 provinsi mengalami inflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, deflasi terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara masing-masing 0,31 persen serta terendah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Papua Barat sebesar 0,10 persen.
Sedangkan inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Nangroe Aceh Darusalam 0,94 persen dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat 0,03 persen.
Adi Nugroho menambahkan, indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga konsumen (IHK) perdesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Inflasi perdesaan di Bali tersebut dipicu oleh naiknya rata-rata harga pada semua kelompok komoditas mulai dari bahan makanan sebesar 0,74 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,34 persen.
Selain itu juga perumahan 0,18 persen, sandang 0,39 persen, kesehatan 0,37 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,15 persen serta transportasi dan komunikasi 0,12 persen.
Adi Nugroho menambahkan, secara umum komoditas penyumbang inflasi antara lain beras, bawang putih, bawang merah, minyak goreng,, pisang, daging babi dan rokok filter. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016