Depok (Antara Bali) - Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menciptakan sebuah Tongkat Elektronik dengan sistem radar dan Global Positioning System (GPS)) bagi penyandang tuna netra yang memiliki keunggulan dibandingkan tongkat konvensional.
"Tongkat elektronik ini dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri pengguna tanpa harus
meraba-raba," kata salah seorang dari tiga mahasiswa UI, Suharsono Halim di Depok, Senin.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Suharsono Halim (Teknik Elektro 2012), Finna Handafiah (Teknik Industri, 2013) dan Ria Aprilliyani (Teknik Elektro, 2013) di bawah bimbingan Dosen Teknik Elektro UI Dr.Eng.Arief Udhiarto,S.T.,M.T.
Menurut dia alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tuna netra tidak perlu khawatir tersesat.
Melalui karyanya, Suharsono dan tim berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tuna netra dan dapat meningkatkan mobilitas pengguna.
Tongkat elektronik karya Harso dan tim merupakan perangkat mekanik yang berfungsi sebagai alat bantu bagi penyandang tuna netra yang cepat dan aman.
Tongkat dengan berat lebih kurang 1,5 kg dan panjang 1 meter ini telah melalui tahap eksperimen serta pengujian kenyamanan dan keamanan dengan sistem yang ergonomis secara langsung kepada penyandang tuna netra.
Harso menyampaikan, pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, dimana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya.
Demikian pula pada sisi jarak dan sudut pendeteksian objek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, ketika penyandang tuna netra
memasuki wilayah/tempat baru, maka ia akan kesulitan untuk kembali pulang dan bisa tersesat.
"Berangkat dari permasalahan tersebut, Harso dan tim menciptakan Tongkat elektrik dengan cara kerja yang hampir sama dengan tongkat pada umumnya namun dilengkapi tambahan konsep radar, fitur GPS serta sebuah rompi," katanya.
Sistem radar diperoleh dari tiga sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang disekitar penyandang tuna netra dengan jarak jangkauan maksimal tiga meter.
Dengan adanya radar ini maka penyandang tuna netra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya dimana semakin dekat dengan objek penghalang, maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.
Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang tuna netra mengabarkan kebedaraannya kepada sanak saudara/kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format sms yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Harso dan tim.
Harso berharap ide dari pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tuna netra. Sehingga dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tongkat elektronik ini dapat memetakan objek pada lebih dari satu sudut yaitu sisi depan, sisi kanan dan kiri pengguna tanpa harus
meraba-raba," kata salah seorang dari tiga mahasiswa UI, Suharsono Halim di Depok, Senin.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Suharsono Halim (Teknik Elektro 2012), Finna Handafiah (Teknik Industri, 2013) dan Ria Aprilliyani (Teknik Elektro, 2013) di bawah bimbingan Dosen Teknik Elektro UI Dr.Eng.Arief Udhiarto,S.T.,M.T.
Menurut dia alat ini juga mampu mengirimkan titik koordinat posisi pengguna kepada kerabat sehingga penyandang tuna netra tidak perlu khawatir tersesat.
Melalui karyanya, Suharsono dan tim berharap mampu memberikan solusi atas kendala yang dialami para penyandang tuna netra dan dapat meningkatkan mobilitas pengguna.
Tongkat elektronik karya Harso dan tim merupakan perangkat mekanik yang berfungsi sebagai alat bantu bagi penyandang tuna netra yang cepat dan aman.
Tongkat dengan berat lebih kurang 1,5 kg dan panjang 1 meter ini telah melalui tahap eksperimen serta pengujian kenyamanan dan keamanan dengan sistem yang ergonomis secara langsung kepada penyandang tuna netra.
Harso menyampaikan, pembuatan tongkat ini didasarkan atas keterbatasan tongkat konvensional, dimana sudut dan jarak jangkauan hanya terbatas pada satu sudut tertentu saja dengan jangkauan hanya sepanjang tongkatnya.
Demikian pula pada sisi jarak dan sudut pendeteksian objek penghalang sangat terbatas. Lebih lanjut, ketika penyandang tuna netra
memasuki wilayah/tempat baru, maka ia akan kesulitan untuk kembali pulang dan bisa tersesat.
"Berangkat dari permasalahan tersebut, Harso dan tim menciptakan Tongkat elektrik dengan cara kerja yang hampir sama dengan tongkat pada umumnya namun dilengkapi tambahan konsep radar, fitur GPS serta sebuah rompi," katanya.
Sistem radar diperoleh dari tiga sensor jarak berbasis ultrasonik dan sebuah motor servo yang mampu memetakan objek penghalang disekitar penyandang tuna netra dengan jarak jangkauan maksimal tiga meter.
Dengan adanya radar ini maka penyandang tuna netra seakan dapat melihat keadaan sekitar yang diinformasikan dalam bentuk getaran motor pada rompinya dimana semakin dekat dengan objek penghalang, maka getaran motor di rompi tersebut akan semakin tinggi.
Sedangkan fitur GPS memungkinkan penyandang tuna netra mengabarkan kebedaraannya kepada sanak saudara/kerabat melalui titik koordinat yang dihasilkan oleh fitur GPS tersebut.
Dengan menekan tombol darurat pada tongkat, alat ini akan mengirimkan posisinya kepada kerabat melalui jaringan GSM dalam format sms yang dapat dibaca melalui aplikasi yang juga telah dirancang oleh Harso dan tim.
Harso berharap ide dari pembuatan tongkat ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan bagi penyandang tuna netra. Sehingga dapat memberikan kemudahan serta meningkatkan mobilitas pengguna seperti layaknya masyarakat pada umumnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016