Nusa Dua (Antara Bali) - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan bahwa kekuatan jaringan teroris Santoso semakin melemah usai ditangkapnya, Basri salah satu orang terpenting dari kelompok tersebut.
"Dia (Basri) orang kedua kelompok Santoso, otomatis kekuatannya jauh melemah," katanya ditemui usai memimpin rapat persiapan Sidang Umum Interpol ke-85 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Untuk itu, ia meminta sisa-sisa pengikut dari kelompok Santoso itu untuk "turun gunung" atau menyerah kepada polisi.
"Mereka bahasanya tidak mau menyerahkan diri karena ideologi mereka itu haram menyerahkan diri kepada musuh. Kami ini `kan musuh. Jadi silahkan `turun gunung` demi kemaslahatan umat yang ada di Poso," imbuh mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu.
Jenderal Tito menyebut bahwa masih ada sekitar 12 hingga 13 orang pengikut dari jaringan teroris Santoso yang bersembunyi, termasuk Ali Karora, salah satu kader yang juga dicari namun ia mengklaim `kelas`nya dibawah Santoso dan Basri.
"Tetap akan kami lakukan pengejaran sampai tertangkap semua," ucapnya.
Basri, tokoh dari kelompok teroris Santoso ditangkap hidup-hidup Satuan Tugas (Satgas) Tinombala pada Rabu (14/09) bersama istrinya.
Selain itu salah seorang pengikutnya juga ditemukan dalam keadaan meninggal dunia karena terjatuh dan terseret arus sungai di Poso.
Jenderal Tito berjanji akan memperlaukan keduanya dengan baik asalkan tidak ada perlawanan dan melakukan kekerasan.
Basri yang disebut Polri ditangkap tanpa perlawanan,merupakan orang kedua pengganti Santoso, setelah pucuk pimpinan kelompok yang berbaiat ke ISIS itu tewas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Dia (Basri) orang kedua kelompok Santoso, otomatis kekuatannya jauh melemah," katanya ditemui usai memimpin rapat persiapan Sidang Umum Interpol ke-85 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Kamis.
Untuk itu, ia meminta sisa-sisa pengikut dari kelompok Santoso itu untuk "turun gunung" atau menyerah kepada polisi.
"Mereka bahasanya tidak mau menyerahkan diri karena ideologi mereka itu haram menyerahkan diri kepada musuh. Kami ini `kan musuh. Jadi silahkan `turun gunung` demi kemaslahatan umat yang ada di Poso," imbuh mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu.
Jenderal Tito menyebut bahwa masih ada sekitar 12 hingga 13 orang pengikut dari jaringan teroris Santoso yang bersembunyi, termasuk Ali Karora, salah satu kader yang juga dicari namun ia mengklaim `kelas`nya dibawah Santoso dan Basri.
"Tetap akan kami lakukan pengejaran sampai tertangkap semua," ucapnya.
Basri, tokoh dari kelompok teroris Santoso ditangkap hidup-hidup Satuan Tugas (Satgas) Tinombala pada Rabu (14/09) bersama istrinya.
Selain itu salah seorang pengikutnya juga ditemukan dalam keadaan meninggal dunia karena terjatuh dan terseret arus sungai di Poso.
Jenderal Tito berjanji akan memperlaukan keduanya dengan baik asalkan tidak ada perlawanan dan melakukan kekerasan.
Basri yang disebut Polri ditangkap tanpa perlawanan,merupakan orang kedua pengganti Santoso, setelah pucuk pimpinan kelompok yang berbaiat ke ISIS itu tewas. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016