Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan "World Tourism Day" yang digelar 1 Oktober 2016 menjadi kesempatan untuk mempromosikan filosofi Tri Hita Karana.

"Saya harap, ke depan pelaku pariwisata berpegang teguh terhadap konsep Tri Hita Karana supaya pariwisata Bali tidak kehilangan jati dirinya," kata Pastika saat menerima tim Tri Hita Karana Research Center di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, filosofi Tri Hita Karana (konsep keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan lingkungan) yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali hingga saat ini harus menjadi acuan pemangku kepentingan di bidang pariwisata dalam mengembangkan profesinya.

Pastika menyatakan dukungannya secara penuh kegiatan WTD yang akan digelar di Kuta dan berharap kegiatan ini bisa menaikan taraf pariwisata Bali hingga mampu bersaing secara global.

"Setidaknya pariwisata kita sudah harus mampu menyesuaikan dengan kode etik wisata yang sudah ditetapkan secara global, mulai dari tingkat pelayanan hingga fasilitas penunjang Sehingga wisata Bali tidak semakin ditinggalkan di kemudian hari," ujarnya.

Apalagi saat ini telah banyak destinasi wisata yang telah diakui PBB melalui penetapan sebagai Warisan Budaya Dunia, seperti Jatiluwih dan lainnya. Hal itu sudah tentu menjadi nilai lebih bagi daya tarik wisata Bali yang harus dijaga.

Secara lebih luas, dia juga menyatakan keinginannya agar pariwisata Bali semakin berbenah dengan tidak mengesampingkan nilai budaya yang sudah mengakar dan isu lingkungan yang menjadi perhatian dunia dewasa ini.

Sementara itu, Ketua Tri Hita Karana Research Center Wisnu Wardhana mengatakan, WTD merupakan ajang tahunan dan merupakan bentuk partisipasi Bali yang sebagai salah satu kawasan pariwisata di Indonesia.

"Sementara untuk tingkat global, perayaan akan berpusat di Thailand pada 27 September 2016," ujarnya.

Tahun ini ajang internasional tersebut mengambil tema "Tourism for All" atau pariwisata harus bisa dinikmati semua kalangan.

"Jadi kami harap semua kalangan baik generasi muda, manula hingga masyarakat yang berkebutuhan khusus bisa mengakses wisata di Bali dengan mudah," katanya.

Contoh, kecil hotel maupun objek wisata harus ditunjang dengan fasilitas bagi para pemakai kursi roda atau lift yang dilengkapi dengan huruf braille agar memudahkan para tuna netra dan sebagainya.

Kegiatan tersebut akan digunakan sebagai ajang untuk menyinergikan para petani beserta para pengusaha lokal dengan pelaku pariwisata.

Untuk itulah, unit Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) binaan Dekranasda beserta binaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan dari Dinas Kelautan turut diundang untuk memeriahkan acara tersebut.

"Hal itu juga sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, hasil tanaman lokal dan industri lokal bisa digunakan untuk mengembangkan wisata di Bali. Jika ini terjalin dengan baik akan ada hubungan yang saling menguntungkan," katanya.

Wisnu Wardana juga melaporkan perihal keberangkatannya ke Universitas Valencia, Spanyol dalam rangka mempresentasikan konsep Tri Hita Karana di hadapan para dosen dan profesor di sana pada 19 September mendatang.

"Keberangkatan saya merupakan undangan dari pihak universitas, dan juga sebagai apresiasi positif untuk konsep Tri Hita Karana yang adiluhung tersebut," ujarnya.

Dua hari setelah acara di universitas tersebut, dia akan melanjutkan perjalanan ke Madrid untuk mengunjungi markas besar PBB di sana di bidang pariwisata, yaitu World Tourism Organization. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016