Denpasar (Antara Bali) - Bali mengimpor berbagai jenis mesin dan komponen alat produksi senilai 88,33 juta dolar AS selama 7 bulan periode Januari hingga Juli 2016.
Dengan demikian, mengalami peningkatan sebesar 14,77 persen dari nilai impor periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 76,97 juta dolar AS, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Nilai impor Bali tersebut, menurut dia, jauh lebih kecil daripada nilai ekspor pada periode yang sama mencapai 284,49 juta dolar AS.
Khusus nilai impor pada bulan Juli 2016 tercatat 13,47 juta dolar AS, atau mengalami penaikan sebesar 37,85 persen dari nilai impor pada bulan Juli 2015 yang tercatat 9,77juta dolar AS.
Jika dibandingkan dengan nilai impor pada bulan Juni 2016 sebesar 8,17 juta dolar AS, mengalami penaikan sebesar 64,72 persen.
Adi Nugroho menjelaskan bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mengimpor mesin-mesin dan aneka jenis barang produksi untuk diolah kembali menjadi barang dan aneka jenis cendera mata yang siap diekspor ke pasaran luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar.
"Impor alat produksi itu dinilai lebih menguntungkan dan bermanfaat karena mampu memberikan nilai tambah jika dibandingkan dengan mendatangkan bahan makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang hanya menghabiskan devisa," ujarnya.
Bali mengimpor produk bahan bakar mineral sebesar 51,10 persen, menyusul produk mesin-mesin (mekanik) 17,45 persen, produksi mesin (peralatan listrik) 7,45 persen, produk perhiasan (permata) 6,17 persen, dan produk perangkat optik 3,55 persen.
Adi Nugroho mengatakan bahwa aneka jenis produk luar negeri itu paling banyak mendatangkan dari Malaysia 48,96 persen, menyusul Swiss 9,89 persen, Tiongkok 9,30 persen, Amerika Serikat 6,05 persen, dan Singapura 4,84 persen.
Dari lima negara utama asal impor barang Provinsi Bali tersebut, lanjut dia, hampir semua negara mengalami penurunan nilai impor dibanding bulan sebelumnya, kecuali Malaysia dan Swiss yang mengalami penaikan.
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, dua negara tersebut, Malaysia dan Swiss, juga mengalami penaikan," ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Dengan demikian, mengalami peningkatan sebesar 14,77 persen dari nilai impor periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 76,97 juta dolar AS, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Nilai impor Bali tersebut, menurut dia, jauh lebih kecil daripada nilai ekspor pada periode yang sama mencapai 284,49 juta dolar AS.
Khusus nilai impor pada bulan Juli 2016 tercatat 13,47 juta dolar AS, atau mengalami penaikan sebesar 37,85 persen dari nilai impor pada bulan Juli 2015 yang tercatat 9,77juta dolar AS.
Jika dibandingkan dengan nilai impor pada bulan Juni 2016 sebesar 8,17 juta dolar AS, mengalami penaikan sebesar 64,72 persen.
Adi Nugroho menjelaskan bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mengimpor mesin-mesin dan aneka jenis barang produksi untuk diolah kembali menjadi barang dan aneka jenis cendera mata yang siap diekspor ke pasaran luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar.
"Impor alat produksi itu dinilai lebih menguntungkan dan bermanfaat karena mampu memberikan nilai tambah jika dibandingkan dengan mendatangkan bahan makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang hanya menghabiskan devisa," ujarnya.
Bali mengimpor produk bahan bakar mineral sebesar 51,10 persen, menyusul produk mesin-mesin (mekanik) 17,45 persen, produksi mesin (peralatan listrik) 7,45 persen, produk perhiasan (permata) 6,17 persen, dan produk perangkat optik 3,55 persen.
Adi Nugroho mengatakan bahwa aneka jenis produk luar negeri itu paling banyak mendatangkan dari Malaysia 48,96 persen, menyusul Swiss 9,89 persen, Tiongkok 9,30 persen, Amerika Serikat 6,05 persen, dan Singapura 4,84 persen.
Dari lima negara utama asal impor barang Provinsi Bali tersebut, lanjut dia, hampir semua negara mengalami penurunan nilai impor dibanding bulan sebelumnya, kecuali Malaysia dan Swiss yang mengalami penaikan.
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, dua negara tersebut, Malaysia dan Swiss, juga mengalami penaikan," ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016