Oslo (Antara Bali) - Pemanasan dunia dianggap mengganggu keseimbangan kehidupan di lautan, mulai dari plankton hingga paus, kata kajian internasional, Senin.

Bahkan, panas dapat tersimpan di kedalaman selama beberapa abad, meskipun emisi gas rumah kaca dari kegiatan manusia tidak lagi ditemukan, tambahnya.

Ketinggian suhu lautan berdampak luas pada pola curah hujan dan cuaca buruk di daratan. Suhu panas juga membantu penyebaran penyakit, yang ditularkan lewat air, kata kajian itu.

"Pemanasan di lautan adalah tantangan terbesar, yang luput diperhatikan generasi ini," kata laporan 460 halaman dari Serikat Internasional untuk Konservasi Lingkungan (IUCN) itu.

Kajian tersebut melibatkan ilmuwan, pemerintah dan pegiat.

"Dampaknya telah terasa," kata hasil kajian 80 ilmuwan dari 12 negara tersebut.

Lautan menyerap lebih dari 90 persen panas akibat emisi gas rumah kaca hasil aktivitas manusia sejak 1970-an, tambahnya.

Pemanasan itu menyebabkan kehidupan di bawah laut, terdiri atas plankton, ubur-ubur, ikan, dan penyu bergerak mendekati wilayah kutub, tulis hasil kajian, disiarkan dalam kongres IUCN di Hawaii.

"Kecepatan perubahan ekosistem di lautan, khususnya terkait rentang pergerakannya, berada di rentang 1,5 sampai lima kali lebih cepat dari kehidupan di daratan. Kisaran tersebut umumnya tidak dapat kembali ke kondisi semula," katanya.

Pola kehidupan hewan migrasi turut terganggu. Misalnya, paus kerap berada di lokasi pembiakkan pada waktu yang salah.

Bahkan, sejumlah burung laut yang bertelur di Atlantik Utara, kini terlihat menangkap ikan di tempat tak biasa.

Panas di lautan dapat menembus kedalaman hingga 700 meter.

"Dampak panas akan berlanjut hingga beberapa dasawarsa, bahkan kemungkinan berabad-abad, walaupun emisi karbon dioksida tak lagi ditemukan," katanya menerangkan.

Dua negara penyumbang emisi terbesar, China dan Amerika Serikat, pada Sabtu menyatakan mengesahkan isi perjanjian dunia terkait penanggulangan perubahan iklim.

Kesepakatan tersebut bertujuan menghilangkan emisi hingga paruh kedua abad ini.

Secara keseluruhan, pemanasan global dapat berakibat buruk pada lautan, meskipun tetap ada dampak positifnya, kata kajian itu.

Tahun ini dianggap sebagai periode terpanas sejak pengukurannya dimulai pada abad ke-19, jelang 2015.

Akibat lain, pemanasan dunia mengganggu kehidupan karang, yang rentan diputihkan, tambahnya.

Bahkan, es di wilayah Arktik dapat menghilang pada musim panas dalam lima hingga 15 tahun mendatang. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016