Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar kembali menggelar pemutaran film bertema "Patriotisme dan Kemanusiaan" selama dua hari, 26-27 Agustus 2016.

"Pemuparan film pilihan tersebut masih dalam semangat dan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 Kemerdekaan RI," kata penata acara tersebut Juwitta Katriana Lasut di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, sejumlah film pilihan tersebut karya sutradara terkenal di dalam dan luar negeri, termasuk peraih Academy Awards. Film masterpiece Indonesia, Darah dan Doa besutan Usmar Ismail (1950) akan bersanding dengan film-film yang kerap kali berjaya di ajang festival internasional, yakni The Bicycle Thief (Italia, 1948) karya sutradara Vittorio De Sica dan The Round Up (Prancis, 2010) yang disutradarai Roselyne Bosc.

Selain itu, juga menyuguhkan film yang berangkat dari kisah nyata seorang buruh miskin di India, Manjhi- The Mountain Man (2015) dengan sutradara Ketan Mehta, serta dokumenter yang dibuat oleh sutradara asal Jerman Yael Reuveny, berjudul Schnee Von Gestern (2014).

Menurut Juwitta Katriana Lasut, sebagaimana telah berlangsung bulan bulan sebelumnya, program Sinema Bentara kali ini dikemas dalam bentuk layar tancap atau Misbar ala tahun 80-an.

"Pemutaran film akan berlangsung di open air atau halaman terbuka Bentara Budaya Bali dengan layar besar. Yang ingin kami hadir melalui format pemutaran film Misbar ini adalah sebuah suasana menonton film yang guyub dan hangat serta akrab," ujarnya.

Suasana tersebut tentu sangat berbeda dengan nuansa menonton film di bioskop atau di laptop sendiri, semoga bisa menjadi semangat baru untuk anak-anak muda pecinta film.

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Bentara Budaya Bali dengan Udayana Science Club (USC) Universitas Udayana, didukung sejumlah pihak, antara lain Sinematek Indonesia, Konsulat Jenderal India di Denpasar dan Indian Cultural Centre di Bali, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar dan Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise de Bali.

Vanesa Martida, koordinator pemutaran film tersebut , menyatakan bahwa sebagai media audio visual, film boleh dikatakan sebagai salah satu sarana ungkap yang strategis untuk meraih simpati dan menggugah empati penonton, sejalan dengan visi sang sutradara.

"Tak jarang film juga digunakan sebagai sarana propaganda, kerap juga tergelincir menjadi provokatif dan agitatif, karena itu kita sebagai penonton juga harus pandai-pandai memilah dan mengkritisi film yang ditonton," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016