Denpasar (Antara Bali) - Pakar marketing Hermawan Kartajaya menggugah semangat kewirausahaan jajaran birokrat Pemerintah Provinsi Bali dalam ceramah memperingati hari jadi ke-58 provinsi itu.

"Memang upaya membangun jiwa entrepreneurship (kewirausahaan) di kalangan birokrat atau ASN bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan tiga faktor yaitu dalam dunia birokrasi tak ada saingan, tak pernah bangkrut dan tak mudah dipecat," kata Hermawan mengawali ceramahnya di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Denpasar, Sabtu.

Ceramah umum tersebut mengusung tema "Bali Menjual Apa, Bagaimana dan Untuk Apa?", yang diikuti oleh seluruh pejabat struktural eselon I, II, III dan IV di lingkungan Pemprov Bali.

Meskipun tidak mudah menanamkan semangat wirausaha di kalangan birokrat, menurut dia, upaya menanamkan semangat "enterpreneurship" tetap harus dilakukan sejalan dengan gerakan reformasi birokrasi yang diwacanakan belakangan ini.

Guna mewujudkan hal tersebut, Hermawan menegaskan perlunya gerakan perubahan yang dimulai dari tingkat pimpinan. Ada tiga prinsip enterpreneurship yang dapat diterapkan di jajaran birokrasi, yaitu jeli melihat kesempatan atau peluang, berani mengambil risiko serta selalu mengedepankan semangat kerja sama.

"Kalau tidak bisa menerapkan tiga hal itu, ya saudara akan menjadi beban bagi lembaga," ujarnya.

Selain itu, pencetus teori marketing 3.0 ini juga mendorong jajaran birokrat untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas. "Kalau belum bisa kreatif, paling tidak produktif dulu deh," tandasnya.

Jika teori tersebut dapat diaktualisasikan, dia optimistis jiwa kewirausahaan akan tumbuh di jajaran birokrat. Dia mengingatkan pula bahwa kewirausahaan tak selalu identik dengan pemasaran, namun lebih ke strategi menjadikan yang tidak ada menjadi ada.

Secara umum, Hermawan Kartajaya banyak menyinggung strategi marketing yang dibutuhkan Bali dalam menghadapi persaingan yang makin ketat di bidang kepariwisataan.

Kata dia, hal pertama yang mesti diperhatikan adalah jeli melihat perkembangan tanda-tanda zaman. Dia pun lantas mencontohkan kekuatan marketing melalui film.

"Ada film AADC 2 yang `booming` dan membawa efek positif pada Kota Yogyakarta yang dijadikan lokasi syuting. Popularitas BJ Habibie juga meningkat karena film," ujarnya.

Fakta itu membuktikan bahwa film merupakan sebuah media yang sangat efektif dalam dunia marketing. Bahkan, ujar Hermawan, ada negara yang berani membayar agar dapat dijadikan lokasi pengambilan gambar sebuah film.

"Bali meski bersyukur karena tanpa membayar, sudah menjadi lokasi syuting Film Hollywood `Eat Pray and Love`. Itu luar biasa," katanya.

Selain jeli melihat tanda-tanda zaman, Hermawan juga menguraikan bahwa masa depan dunia marketing ada pada tiga kelompok, yaitu "youth" (generasi muda), "women" (kaum wanita) dan "netizen" (pengguna internet).

Mereka, ujar Hermawan merupakan kelompok potensial dalam dunia marketing dewasa ini. Tiga kelompok itu harus serius digarap karena memiliki prospek yang luar biasa.

Selain mencermati objek potensial dalam pemasaran, Hermawan juga mencontohkan tiga negara yang dapat menjadi rujukan dalam penerapan strategi marketing.

"Korea Selatan unggul dalam `enterpreneurship`, Tiongkok menang dalam produktivitas dan Amerika dikenal dengan kreativitasnya," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Pastika berharap jajarannya memetik manfaat dari paparan yang diberikan seorang pakar pemasaran kelas dunia. "Saya berharap apa yang diberikan Pak Hermawan menjadi bekal bagi jajaran ASN dalam bekerja agar tak `nyasar` dan salah arah," katanya.

Menurut dia, sudah tak zamannya peringatan hari jadi diisi dengan kegiatan seperti tarik tambang, lomba balap karung atau sejenisnya. Kegiatan semacam itu sudah tidak relevan dilaksanakan di tengah tantangan yang makin besar dewasa ini.

Karena itu, sejak beberapa tahun terakhir, Pemprov Bali rutin mengundang sejumlah pakar untuk memberi ceramah bagi jajaran birokrat. "Tujuannya agar kita semua membuka wawasan karena masa depan Bali ada di tangan kita," ujar Pastika. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016