Probolinggo (Antara Bali) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, Jatim, Dwijoko Nurjayadi mengimbau media tidak berlebihan memberitakan erupsi Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut itu.

"Pemberitaan Gunung Bromo yang berlebihan dan tidak sesuai dengan fakta akan berdampak pada turunnya sektor pariwisata di Gunung Bromo, sehingga menyebabkan wisatawan membatalkan kunjungannya ke sana," katanya saat dihubungi di Probolinggo, Jumat.

Menurut dia, erupsi Gunung Bromo pada status waspada selama ini tidak mengancam jiwa penduduk di lereng gunung Bromo karena jarak pemukiman dengan puncak kawah aktif cukup jauh, namun berdampak pada sektor pertanian dan pariwisata.

"Masyarakat Tengger yang berada di lereng Gunung Bromo juga cukup tenang menjalankan aktivitasnya sehari-hari karena mereka sudah terbiasa dan sudah paham benar dengan aktivitas gunung eksotisme tersebut, sehingga tidak perlu dibesar-besarkan erupsi Bromo karena aktivitas erupsi adalah hal yang wajar bagi gunung yang aktif," tuturnya.

Ia menjelaskan pemberitaan aktivitas Gunung Bromo yang berlebihan mempengaruhi sektor perekonomian warga Suku Tengger yang mencari nafkah dengan menjual jasanya kepada wisatawan, sehingga merugikan warga Kabupaten Probolinggo.

"Saya imbau media memberikan pemberitaan yang positif tentang aktivitas Gunung Bromo, sehingga wisatawan tetap berkunjung ke salah satu destinasi wisata andalan Jawa Timur itu," katanya.

Sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kata dia, wisatawan tetap diperbolehkan mengunjungi Gunung Bromo dengan radius 1 kilometer dari kawah aktif.

Sementara Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Hendra Gunawan mengatakan secara visual Gunung Bromo pada 5 Agustus 2016 terpantau cuaca cerah hingga mendung, angin tenang hingga sedang, suhu udara 9-19 derajat celcius, dan Gunung Bromo terlihat jelas hingga berkabut.

Kemudian asap kawah teramati putih tipis hingga tebal, dengan tekanan lemah hingga sedang, ketinggian asap berkisar 50-600 meter dari puncak kawah yang mengarah ke arah tenggara-barat daya.

"Masih terdengar suara gemuruh lemah hingga kuat, bahkan suara gemuruh tersebut menggetarkan pintu-pintu dan kaca di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo," katanya.

Sedangkan data seismik pada 4 Agustus 2016 tercatat gempa tremor terus menerus dengan amplitudo maksimum 0.5 milimeter hingga 14 milimeter, dengan amplitudo dominan 2 milimeter, dan satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo maksimum 16 milimeter dan lama gempa 12 detik.

"Gunung Bromo masih tetap pada level II atau waspada, sehingga rekomendasinya masyarakat dan wisatawan tidak boleh beraktivitas dalam radius 1 kilometer karena jarak tersebut merupakan jarak aman," tuturnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016