Denpasar (Antara Bali) - Bali mengimpor berbagai jenis mesin dan komponen alat produksi senilai 73,81 juta dolar AS selama semester pertama 2016, atau meningkat 9,85 persen dari nilai impor semester yang sama tahun sebelumnya sebesar 67,19 juta dolar AS.

"Khusus nilai impor pada bulan Juni 2016 tercatat 7,12 juta dolar AS, merosot 23,68 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya (Juni 2015) tercatat 9,34 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugrohodi di Denpasar, Sabtu.

Demikian pula, impor pada bulan Juni 2016 dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Mei 2016) juga menurun tipis hanya 0,51 persen karena pada bulan Mei 2016 mendatangkan barang-barang dari luar negeri senilai 7,16 juta dolar AS.

Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mengimpor mesin-mesin dan aneka jenis barang produksi untuk diolah kembali menjadi barang dan aneka jenis cendera mata yang siap diekspor ke pasaran luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar.

"Impor alat produksi itu dinilai lebih menguntungkan dan bermanfaat karena mampu memberikan nilai tambah dibandingkan dengan mendatangkan bahan makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang hanya menghabiskan devisa," ujar Adi Nugroho.

Bali mengimpor alat produksi, antara lain, berupa mesin-mesin (peralatan listrik) sebesar 21,25 persen, menyusul produksi mesin (mekanik) 18,27 persen, produk perangkat optik 10,25 persen, produk bahan bakar mineral 4,93 persen, serta berbagai produk barang logam dasar 4,38 persen.

Adi Nugroho menjelaskan bahwa aneka jenis produk luar negeri itu paling banyak mendatangkan dari Tiongkok 31,39 persen, menyusul Amerika Serikat 14 persen, Singapura 11,76 persen, Australia 10,71 persen, dan Hongkong sebesar 4,59 persen.

Dari lima negara utama asal impor barang Provinsi Bali tersebut, hampir semua negara mengalami penaikan nilai impor dibanding bulan sebelumnya, kecuali Amerika Serikat dan Australia.

Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, kata Adi Nugroho, Tiongkok, Singapura, dan Australia mengalami penurunan impor masing-masing 25,65 persen, 56,54 persen, dan 2,41 persen. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016