Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia Denpasar mementaskan drama tari musikal secara kolosal berjudul "Tantri Kamandaka" dalam ajang Bali Mandara Mahalango III di Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam.

"Dengan mengangkat hal ini, mudah-mudahan tahun depan dapat memberi warna yang baru bagi Pesta Kesenian Bali. Di samping kami memang fokus untuk memberikan ruang pada mahasiswa untuk bisa mengembangkan kreativitas dan bermain lebih kolosal," kata koordinator pementasan kolosal itu I Ketut Garwa di sela-sela pementasan.

Drama tari musikal tersebut dibawakan oleh sekitar 200 orang. Mereka itu tidak hanya berperan membawakan dialog dan bernyanyi, termasuk juga para pemain musik yang membawakan gamelan Bali dan juga alat-alat musik modern.

"Sebenarnya drama tari musikal seperti ini sudan pernah dipentaskan di Bali Mandara Nawanatya beberapa waktu lalu. Karena kami melihat potensi sangat bagus untuk diangkat yang lebih besar serta rektor, seniman, budayawan memberikan masukan, sehingga dibuat lebih kolosal," ucapnya yang juga Pembantu Rektor IV ISI Denpasar itu.

Dalam pementasan kolosal tersebut, para pemainnya langsung berdialog dan juga menyanyi, tidak sekadar bergerak atau membawakan mimik tertentu.

"Jadi ini benar-benar drama tari musikal. Para pemain langsung menyanyi dengan kolaborasi musik, apalagi prodi musik termasuk baru sehingga menjadi kesempatan untuk publikasi kepada masyarakat. Prodi ini tidak kalah penting untuk memberikan greget terhadap perkembangan seni dan budaya," ujar Garwa.

Garapan tersebut, ucap dia, digagas oleh Program Studi Musik dan Prodi Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendra Tasik). Sedangkan untuk persiapannya dibutuhkan waktu sebulan untuk mematangkan pementasan.

Dalam pementasan itu, para pemainnya juga menggunakan busana penari Bali, di samping juga dipadukan dengan busana kreasi disesuaikan dengan lakon yang diangkat.

Drama tari musikal Tantri Kamandaka itu secara ringkas mengisahkan kepintaran Ni Diah Tantri yang akhirnya bisa mengubah perilaku buruk Raja Eswaryapala. Raja ini memiliki karakteristik sombong, angkuh dan doyan dengan wanita-wanita cantik.

Setiap hari raja itu meminta agar dipersembahkan seorang wanita cantik, sehingga akhirnya tinggal tersisa Ni Diah Tantri yang merupakan anak dari patih kerajaan.

Karena Tantri orangnya cerdas sekali sehingga ketika dipanggil ke kerajaan untuk dijadikan selir raja, Tantri bercerita mengenai kisah-kisah binatang dengan menarik semalam suntuk dan itu terus berlanjut dari hari ke hari hingga raja akhirnya tersadar dari perilaku buruknya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016