Mangupura (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, Bali, masih melakukan penyelidikan terkait penyebab ratusan siswa sekolah dasar di Abiansemal, keracunan makanan beberapa waktu lalu setelah mengkonsumsi nasi bungkus.

"Upaya ini dilakukan agar mengetahui apa penyebab siswa itu keracunan makanan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, dr Gede Putra Suteja, di Badung, Selasa.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Laboratorium Kesehatan Daerah terkait penyebab keracunan makanan yang menyerang siswa sekolah dasar yang jumlahnya mencapai 101 siswa di Sekolah Dasar Abiansemal, Badung, beberapa waktu lalu.

"Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium itu harus menunggu pemeriksaan selama 3-7 hari," ujanya.

Sutedja menduga, penyebab banyaknya siswa yang mengalami keracunan saat menyantap nasi bungkus itu kemungkinan besar karena adanya bakteri ecoli dalam makanan itu.

Selain bakteri, kemungkinan besar penyebab keracunan makanan ini karena, bahan makanan yang mengandung zat-zat yang berbahaya.

Ia menerangkan, sebanyak 161 orang (siswa dan guru) mengeluh muntah, mual dan pusing setelah mengkonsumsi nasi bungkus saat acara perpisahan di SD setempat pada Senin (6/6) lalu.

Dari total korban itu, sebanyak 134 orang dirawat di Puskesmas terdekat, 15 orang dirawat di klinik di daerah Abiansemal, RSUD Mangusada (10), Rumah Sakit Bhakti Rahayu (satu) dan Rumah Sakit Manuaba (satu).

"Hingga saat ini kondisi korban keracunan yang sebelumnya menjalani perawatan di sejumlah pelayanan kesehatan sudah dalam kondisi membaik dan bisa dipulangkan," ujar Suteja.

Antisipasi ke depannya agar tidak terjadi kejadian serupa, Dinkes Badung meminta agar penjualan makanan melakukan pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali, agar mengetahui kesehatannya dan dilakukan pemeriksaan terhadap bahan makanan yang diolah.

Ia menambahkan, untuk standar operasional prosedur (SOP) penanganan keracunan makanan dengan melaksanakan penyelidikan epidemiologi dengan memeriksa makanan, muntahan makanan penderita dan pembuat makanan melalui rektal suap (apakah ada cacingan).

Namun, untuk memeriksa pembuat makanan belum dilakukan, karena masih dalam pemeriksaan di Polres Badung, sehingga saat kejadian keracunan makanan pada Senin (6/6) lalu tidak dilakukan pemeriksaan itu.

"Tapi kami sudah meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan rektal suap itu dan saat ini masih diproses," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016