Singaraja (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan setempat mengintensifkan pembinaan terhadap petani cengkeh di wilayah itu untuk mengantisipasi penyebaran penyakit jamur akar putih (JAP).
"Kami terus berupaya menekan JAP pada tanaman petani dengan memberi pembinaan terhadap petani-petani cengkeh di semua wilayah," kata Kadis Perkebunan dan Kehutanan Buleleng, Ketut Nerda, Senin.
Ia menjelaskan, para petani diberikan teknik pembuatan demplot pengendalian JAP dan diberi bantuan sarana pengendalian fungisida dengan sumber dana dari APBN dan APBD.
"Bupati Buleleng juga telah mengeluarkan kebijakan untuk tidak mengambil atau memungut daun cengkeh melalui surat edaran bupati No. 4306 tahun 2012 tertanggal 2 November 2012 dan Kebijakan Penutupan Investasi dibidang Usaha Industri Penyulingan Daun Cengkeh melalui Peraturan Bupati No. 61 tahun 2012 tertanggal 26 Desember 2012," imbuh Nerda.
Nerda berpendapat, pertimbangan yang menyebabkan kebijakan bupati dimana daun cengkeh mengandung suatu senyawa "volatile" antara lain eugenol.
Eugenol tersebut, kata dia, sangat nyata menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogenik (jamur penyakit). "Bukan saja menghambat pertumbuhan jamur, eugenol juga menghambat terjadinya sporulasi. Pada perlakuan eugenol ujung mesilea jamur membengkak, bercabang banyak, dan sangat pendek," terangnya.
Dia menambahkan, daun cengkeh di sekitar tanaman dapat berpengaruh terhadap kesuburan tanah karena disamping mengandung unsur nitrogen juga menyebabkan kelembaban tanah dan areal sekitar tanaman tetap terjaga yang berpengaruh positif terhadap berkembangnya mikro organisme yang menguntungkan bagi tanaman, seperti jamur Trichoderma,sp yang merupakan musuh alami jamur akar.
"Pengambilan daun cengkeh secara terus-menerus mengakibatkan permukaan tanah (topsoil) akan terbuka dan apabila terjadi hujan, permukaan tanah akan mengalami erosi sehingga kesuburan tanah akan menurun.
Selain itu. kata dia, pengambilan daun cengkeh membuat sistem kekebalan tanaman berkurang karena kandungan eugenol di daun cengkeh bersifat antiseptik yang mampu menghambat pertumbuhan jamur akar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kami terus berupaya menekan JAP pada tanaman petani dengan memberi pembinaan terhadap petani-petani cengkeh di semua wilayah," kata Kadis Perkebunan dan Kehutanan Buleleng, Ketut Nerda, Senin.
Ia menjelaskan, para petani diberikan teknik pembuatan demplot pengendalian JAP dan diberi bantuan sarana pengendalian fungisida dengan sumber dana dari APBN dan APBD.
"Bupati Buleleng juga telah mengeluarkan kebijakan untuk tidak mengambil atau memungut daun cengkeh melalui surat edaran bupati No. 4306 tahun 2012 tertanggal 2 November 2012 dan Kebijakan Penutupan Investasi dibidang Usaha Industri Penyulingan Daun Cengkeh melalui Peraturan Bupati No. 61 tahun 2012 tertanggal 26 Desember 2012," imbuh Nerda.
Nerda berpendapat, pertimbangan yang menyebabkan kebijakan bupati dimana daun cengkeh mengandung suatu senyawa "volatile" antara lain eugenol.
Eugenol tersebut, kata dia, sangat nyata menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogenik (jamur penyakit). "Bukan saja menghambat pertumbuhan jamur, eugenol juga menghambat terjadinya sporulasi. Pada perlakuan eugenol ujung mesilea jamur membengkak, bercabang banyak, dan sangat pendek," terangnya.
Dia menambahkan, daun cengkeh di sekitar tanaman dapat berpengaruh terhadap kesuburan tanah karena disamping mengandung unsur nitrogen juga menyebabkan kelembaban tanah dan areal sekitar tanaman tetap terjaga yang berpengaruh positif terhadap berkembangnya mikro organisme yang menguntungkan bagi tanaman, seperti jamur Trichoderma,sp yang merupakan musuh alami jamur akar.
"Pengambilan daun cengkeh secara terus-menerus mengakibatkan permukaan tanah (topsoil) akan terbuka dan apabila terjadi hujan, permukaan tanah akan mengalami erosi sehingga kesuburan tanah akan menurun.
Selain itu. kata dia, pengambilan daun cengkeh membuat sistem kekebalan tanaman berkurang karena kandungan eugenol di daun cengkeh bersifat antiseptik yang mampu menghambat pertumbuhan jamur akar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016