Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengharapkan suku bunga kebijakan dari BI Rate menjadi "BI Seven Days Repo Rate" dapat menggenjot investasi dunia usaha di Pulau Dewata.

"Pertumbuhan ekonomi baik dari sisi permintaan dan penawaran akan melonjak," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Senin.

Menurut dia, selain sektor dunia usaha, kebijakan baru dengan suku bunga 5,5 persen untuk pasar antarbank itu juga memberikan angin segar bagi sektor konsumsi domestik dan konsumsi pemerintah karena banyak likuiditas di perbankan.

Dia menjelaskan bahwa saat ini kebijakan tersebut masih dalam transisi sebelum diberlakukan pada 19 Agustus 2016.

Dewi menjelaskan bahwa dengan bunga 5,5 persen pasar antarbank tersebut, perbankan yang "minim" likuiditas bisa melakukan transaksi pasar uang antarbank.

Sehingga penyaluran kepada nasabah atau masyarakat juga diharapkan lebih lancar dan mudah mengingat suku bunga bisa lebih diturunkan.

Adanya suku bunga baru tersebut karena masih banyak perbankan yang belum menurunkan tingkat suku bunga meskipun bank sentral tersebut telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali 25 basis poin menjadi 6,75 persen.

"Harusnya begitu BI menurunkan (suku bunga), diikuti pasar tetapi nyatanya seret. Saya perhatikan suku bunga perbankan masih tinggi," imbuh Dewi.

Dewi mencatat suku bunga kredit modal kerja perbankan hingga Februari 2016 masih berada pada kisaran 12,73 persen, investasi 12,51 persen, konsumsi 13 persen, dan UMKM 12,79 persen.

Suku bunga kredit di Indonesia, lanjut dia, masih tergolong tinggi jika dibandingkan beberapa negara lain di kawasan Asia Tenggara yang rata-rata mencapai 6,7 persen. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016