Klungkung (Antara Bali) - Warga Dusun Ceningan Kawan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, segera menikmati air laut hasil desalinasi sebagai alternatif untuk mengatasi kelangkaan air bersih di kawasan itu.

Kegiatan desalinasi telah dikembangkan di Dusun Ceningan Kawan, menggunakan mesin pengolahan air laut Sea Water Reserve Osmosis (SWRO). Saat ini Pemkab Klungkung tengah menyiapkan dokumen untuk serah terima mesin, yang berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) itu.

"Kapasitas air yang dihasilkan dari mesin ini mencapai lima liter/detik," ujar Asisten II Setda Klungkung Ketut Suayadnya di Semarapura, Senin.

Dia melanjutkan, desalinasi merupakan proses pemisahan kandungan garam terlarut dari larutan garam pada level tertentu sesuai dengan baku mutu air yang ingin dicapai. Salah satu teknologi yang banyak diterapkan dalam desalinasi ini adalah proses pemisahan dengan membran yang dikenal reverse osmosis (RO).

Dikatakan dia, untuk mesin pengolahan air laut Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) telah diuji coba di Dusun Ceninan Kawan, selama dua hari, 22-24 April lalu dengan tenaga listrik.

Kapasitas mesin ini dapat mengaliri 1.300 sambungan rumah (SR). Baik di Ceningan hingga ke Jungut Batu, Nusa Lembongan. Namun saat dilakukan uji coba, baru dilakukan pada 200 SR di wilayah Ceningan dan sekitarnya. Pengelolaan selanjutnya nanti dilakukan PDAM Klungkung.

"Kami ingin memastikan mesin ini tidak ada masalah, sebelum diserahterimakan," ucap Ketut Suayadnya.

Suayadnya menambahkan, proses pengolahan air laut dilaksanakan dengan menggali lubang di areal lahan milik pemerintah, di dekat pantai Dusun Ceningan. Kedalamannya mencapai 50 meter yang diangkat dengan pipa enam dim. Setelah air laut itu naik, akan disaring dengan berbagai proses (reverse osmosis) hingga kandungan garam itu benar-bernar hilang.

"Bakteri terkecil sejenis mikroba pun akan lenyap, itu sudah diuji oleh ahlinya," katanya.

Air ini akan dijual kisaran Rp45 ribu/M3 jika digerakkan lewat tenaga listrik, sedangkan kalau digerakkan dengan tenaga solar atau genset jatuhya Rp65 ribu/M3. Sebelumnya warga kerap membeli air minum 1,1 M3 seharga Rp110 ribu.

"Mudah-mudahan upaya pengadaan mesin ini bisa mengatasi kesulitan air di wilayah kepulauan ini," harap dia.

Menurut dia, usulan pengadaan mesin ini sudah diajukan ke pusat sejak 2010 lalu, namun karena ada kendala akhirnya belum bisa dibantu. Hal itu baru direalisasikan pada tahun 2015, dengan menghabiskan anggaran Rp20 miliar lebih.

"Kami hanya mengelola, jika terjadi kerusakan signifikan masih menjadi tanggungan pusat," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016