Denpasar (Antara Bali) - Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Bali mengundang Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk menjadi pembicara dalam diskusi seputar pengaruh pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Bali.
"Lewat diskusi itu, kami berharap dapat berkontribusi bagi Bali karena dalam diskusi tersebut akan menguji apakah MEA menjadi ancaman atau peluang? Bali seyogyanya memiliki kesiapan yang lebih dibandingkan daerah lain dalam menghadapi MEA," kata Anak Agung Gede Putra, Ketua Panitia Diskusi yang dikemas bernama TERASKITA itu, di Denpasar, Selasa.
Dalam diskusi yang akan digelar pada 23 April 2016 di Gedung BNI Denpasar tersebut, selain mengundang Menpar, juga menghadirkan narasumber Made Suarnatha dari Yayasan Wisnu dan salah satu akademisi Universitas Udayana Anak Agung Suryawan Wiranatha.
"Lewat diskusi ini, sekaligus menjadi sumbangan konkret Kagama mengenai berbagai pemikiran di bidang pariwisata," ucapnya.
Di sisi lain, menurut Agung Putra, selama ini Menpar menargetkan kunjungan wisatawan cukup besar, namun Bali juga harus mengedepankan pariwisata yang berkualitas.
Di samping itu, tambah dia, Bali masih menarik di mata investor, tidak saja dari sisi alamnya, tetapi karena berbagai pembatasan yang ada seperti batas ketinggian gedung hingga kawasan suci. "Hal-hal seperti ini juga menjadi salah satu sorotan pula dalam diskusi," katanya.
Sementara itu, Direktur Yayasan Wisnu Made Suarnatha mengatakan Bali dalam menghadapi MEA sesungguhnya memiliki potensi dari sisi desa wisata.
Desa-desa wisata di Bali ada yang dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun dibina oleh lembaga swadaya masyarakat.
"Namun banyak desa wisata masih perlu dioptimalkan pengembangannya supaya bisa memberikan kesejahteraan lebih bagi masyarakat," ucapnya.
Ketua Kagama Bali Anak Agung Oka Wisnumurthi mengatakan Bali dipilih sebagai tempat ketiga penyelenggaraan diskusi TERASKITA setelah digelar di Jakarta dan Semarang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Lewat diskusi itu, kami berharap dapat berkontribusi bagi Bali karena dalam diskusi tersebut akan menguji apakah MEA menjadi ancaman atau peluang? Bali seyogyanya memiliki kesiapan yang lebih dibandingkan daerah lain dalam menghadapi MEA," kata Anak Agung Gede Putra, Ketua Panitia Diskusi yang dikemas bernama TERASKITA itu, di Denpasar, Selasa.
Dalam diskusi yang akan digelar pada 23 April 2016 di Gedung BNI Denpasar tersebut, selain mengundang Menpar, juga menghadirkan narasumber Made Suarnatha dari Yayasan Wisnu dan salah satu akademisi Universitas Udayana Anak Agung Suryawan Wiranatha.
"Lewat diskusi ini, sekaligus menjadi sumbangan konkret Kagama mengenai berbagai pemikiran di bidang pariwisata," ucapnya.
Di sisi lain, menurut Agung Putra, selama ini Menpar menargetkan kunjungan wisatawan cukup besar, namun Bali juga harus mengedepankan pariwisata yang berkualitas.
Di samping itu, tambah dia, Bali masih menarik di mata investor, tidak saja dari sisi alamnya, tetapi karena berbagai pembatasan yang ada seperti batas ketinggian gedung hingga kawasan suci. "Hal-hal seperti ini juga menjadi salah satu sorotan pula dalam diskusi," katanya.
Sementara itu, Direktur Yayasan Wisnu Made Suarnatha mengatakan Bali dalam menghadapi MEA sesungguhnya memiliki potensi dari sisi desa wisata.
Desa-desa wisata di Bali ada yang dikembangkan oleh pemerintah daerah maupun dibina oleh lembaga swadaya masyarakat.
"Namun banyak desa wisata masih perlu dioptimalkan pengembangannya supaya bisa memberikan kesejahteraan lebih bagi masyarakat," ucapnya.
Ketua Kagama Bali Anak Agung Oka Wisnumurthi mengatakan Bali dipilih sebagai tempat ketiga penyelenggaraan diskusi TERASKITA setelah digelar di Jakarta dan Semarang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016