Denpasar (Antara Bali) - Yayasan Senyum Bali mengoperasi 50 orang penderita kelainan serius di wajah yang sifatnya permanen bagi warga Kabupaten Lembata dan Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ketua Yayasan Senyum Bali, Mary Northmore, saat dihubungi di Denpasar, Senin, menyatakan, seluruh proses operasi kelainan wajah serius itu terlaksana berkat kerja sama dengan Badan Koordinasi Kegiatan dan Kesejahteraan Sosial NTT dan Universitas Brawijaya, Malang.
"Seluruh pasien merupakan kalangan tidak mampu sehingga semuanya gratis bagi pasien," ujarnya.
Dari seluruh pasien yang dioperasi serta direstorasi wajah dan susunan rahang serta hal-hal lain terkait, katanya, kebanyakan adalah pengidap bibir sumbing.
Kelainan wajah seperti ini jamak ditemui di kalangan masyarakat manapun dan bisa berpengaruh kepada kondisi kesehatan fisik dan psikologis pengidapnya.
"Ke-50 pasien itu telah ditangani pada November lalu dan kami tengah bersiap untuk menangani pasien-pasien yang lain yang memerlukan bantuan," katanya.
Yayasan Senyum Bali juga memiliki Rumah Senyum yang berada di Kota Denpasar, yang mampu menampung belasan pasien rawat inap karena terdapat fasilitas untuk itu.
Di Rumah Senyum yang letaknya berdekatan dengan Rumah Sakit Pusat Sanglah, Denpasar, itu juga terdapat piket dokter dan perawat dalam satu klinik kecil berkelengkapan medis modern sehingga memungkinkan pasien mendapat perawatan memadai dari dekat.
Hingga saat itu, Yayasan Senyum Bali telah menangani pengobatan bagi 226 pasien dari Bali, 253 pasien dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, 250 pasien dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, satu pasien dari Kalimantan, dan 10 pasien dari Pulau Jawa.
Di Provinsi NTT, katanya, Yayasan Senyum Bali yang juga menggalang kerja sama dengan pihak Australia serta internasional lain, sempat mengunjungi Kecamatan Cancar dan Lela di Kabupaten Flores. Terdapat beberapa pasien pengidap kraniofasial atau catat parah pada wajah.
"Kami menjumpai enam pasien pengidap kraniofasial yang harus ditangani karena rumah sakit di sana tidak memiliki dokter ahli dan perangkat operasi yang memadai untuk keperluan itu," kata Arway.
Salah satu pasien yang penanganannya memerlukan upaya ekstra adalah Jundi Rabani, usia balita asal Kali Jaga Aikmel, Kecamatan Lombok Timur, Provinsi NTB.
Dia mengidap "fronto etmoidal meningocele encepalocele", satu benjolan besar jaringan wajah yang menekan kedua matanya ke arah dalam tulang tengkorak juga sebagian otaknya.
Ibunya menyadari kelainan pada kepala anaknya itu sejak Rabani berusia tiga bulan. Orangtuanya mengusahakan pengobatan ke sana-sini namun akhirnya kandas karena ketiadaan biaya sampai akhirnya seseorang mengabarkan keadaan anak itu kepada Yayasan Senyum Indonesia.
"Dikarenakan keadaannya yang sulit, akhirnya Rabani dan ibunya dibawa ke Adelaide, Australia, untuk ditangani oleh dokter-dokter super spesialis kepada siapa kami bekerja sama selama ini," ujarnya.
Operasi yang dilakukan tidak bisa dilaksanakan cuma sekali, namun melalui satu seri yang cukup panjang. Kini Rabani keadaannya sudah jauh lebih baik ketimbang saat pertama ditangani dan didiagnosis.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
Ketua Yayasan Senyum Bali, Mary Northmore, saat dihubungi di Denpasar, Senin, menyatakan, seluruh proses operasi kelainan wajah serius itu terlaksana berkat kerja sama dengan Badan Koordinasi Kegiatan dan Kesejahteraan Sosial NTT dan Universitas Brawijaya, Malang.
"Seluruh pasien merupakan kalangan tidak mampu sehingga semuanya gratis bagi pasien," ujarnya.
Dari seluruh pasien yang dioperasi serta direstorasi wajah dan susunan rahang serta hal-hal lain terkait, katanya, kebanyakan adalah pengidap bibir sumbing.
Kelainan wajah seperti ini jamak ditemui di kalangan masyarakat manapun dan bisa berpengaruh kepada kondisi kesehatan fisik dan psikologis pengidapnya.
"Ke-50 pasien itu telah ditangani pada November lalu dan kami tengah bersiap untuk menangani pasien-pasien yang lain yang memerlukan bantuan," katanya.
Yayasan Senyum Bali juga memiliki Rumah Senyum yang berada di Kota Denpasar, yang mampu menampung belasan pasien rawat inap karena terdapat fasilitas untuk itu.
Di Rumah Senyum yang letaknya berdekatan dengan Rumah Sakit Pusat Sanglah, Denpasar, itu juga terdapat piket dokter dan perawat dalam satu klinik kecil berkelengkapan medis modern sehingga memungkinkan pasien mendapat perawatan memadai dari dekat.
Hingga saat itu, Yayasan Senyum Bali telah menangani pengobatan bagi 226 pasien dari Bali, 253 pasien dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, 250 pasien dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, satu pasien dari Kalimantan, dan 10 pasien dari Pulau Jawa.
Di Provinsi NTT, katanya, Yayasan Senyum Bali yang juga menggalang kerja sama dengan pihak Australia serta internasional lain, sempat mengunjungi Kecamatan Cancar dan Lela di Kabupaten Flores. Terdapat beberapa pasien pengidap kraniofasial atau catat parah pada wajah.
"Kami menjumpai enam pasien pengidap kraniofasial yang harus ditangani karena rumah sakit di sana tidak memiliki dokter ahli dan perangkat operasi yang memadai untuk keperluan itu," kata Arway.
Salah satu pasien yang penanganannya memerlukan upaya ekstra adalah Jundi Rabani, usia balita asal Kali Jaga Aikmel, Kecamatan Lombok Timur, Provinsi NTB.
Dia mengidap "fronto etmoidal meningocele encepalocele", satu benjolan besar jaringan wajah yang menekan kedua matanya ke arah dalam tulang tengkorak juga sebagian otaknya.
Ibunya menyadari kelainan pada kepala anaknya itu sejak Rabani berusia tiga bulan. Orangtuanya mengusahakan pengobatan ke sana-sini namun akhirnya kandas karena ketiadaan biaya sampai akhirnya seseorang mengabarkan keadaan anak itu kepada Yayasan Senyum Indonesia.
"Dikarenakan keadaannya yang sulit, akhirnya Rabani dan ibunya dibawa ke Adelaide, Australia, untuk ditangani oleh dokter-dokter super spesialis kepada siapa kami bekerja sama selama ini," ujarnya.
Operasi yang dilakukan tidak bisa dilaksanakan cuma sekali, namun melalui satu seri yang cukup panjang. Kini Rabani keadaannya sudah jauh lebih baik ketimbang saat pertama ditangani dan didiagnosis.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010