Denpasar (Antara Bali) - Komisi III DPRD Bali melakukan pemantauan pelaksanaan beberapa proyek pemerintah provinsi yang dibiayai oleh APBD, yaitu proyek drainase di ruas Jalan Teuku Umar dan Jalan Hang Tuah Denpasar.
Ketua Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba, Senin, mengatakan proyek drainase di Jalan Teuku Umar dan Jalan Hang Tuah Denpasar mendapat sorotan oleh masyarakat.
Misalnya, proyek pembangunan drainase di Jalan Teuku Umar Denpasar. Di kawasan tersebut masih sering terjadi banjir, padahal sudah beberapa kali diperbaiki. Pihaknya menemukan adanya sedikit penyimpangan dalam proyek pembangunan drainase mulai dari simpang enam, Jalan Teuku Umar, yang menelan biaya hingga Rp13 miliar sepanjang 2,6 kilometer.
Pada kegiatan pemantauan tersebut juga diikuti anggotanya yakni Kadek Diana, Nyoman Suyasa, Wayan Adnyana, Kadek Nuartana, dan Wayan Kariarta, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi.
Tambah mengatakan proyek drainase di Jalan Hang Tuah Sanur juga ada masalah karena ada tiang listrik di tengah got (saluran drainase).
"Setelah kami cek di lapangan, secara register ada yang memang perlu kita soroti. Misalnya ada tiang listrik ditengah got yang perlu kita pindahkan. Itu perlu segera dicarikan solusi," katanya.
Tamba mengatakan pihaknya mempertanyakan apakah proyek pembangunan drainase tersebut sudah ada kesesuaian dengan alokasi anggaran.
"Kami mengecek apakah penggunaan anggaran sudah dilaksanakan dengan betul sesuai dengan pelaksanaan proyeknya," kata politikus Demokrat ini.
Keberadaan tiang listrik di tengah got itu juga disoroti Kadek Diana yang menegaskan, adanya tiang di tengah got pada proyek pembanguan drainase merupakan satu masalah yang harus segera diselesaikan.
"Ya, itu semestinya harus segera diselesaikan. Masalah itu seharusnya sudah diketahui, pada tahap perencanan proyek, tidak sampai ke proses pengerjaan," kata politikus PDIP.
Kepada Dinas PU Provinsi Bali, Komisi III DPRD Bali meminta untuk segera mencarikan solusi agar tiang listrik itu tidak berada di tengah got.
Kepala Dinas PU Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi mengakui perencanaan proyek itu kurang kajian.
Ia mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan PLN dan pemilik otoritas terkait tiang itu.
"Yang jelas kita akan koordinasikan dulu. Kalau memang tidak jalan, baru kita akan pikirkan solusinya," ujar Astawa Riadi. Ada dua opsi solusi yang disiapkan.
Pertama, meminta PLN untuk memindahkan tiang listriknya. Kedua, jika pemindahan tiang listrik tak bisa dilakukan, pihaknya akan membelokkan arah got tersebut di samping tiang listrik.
Menurut dia, pihaknya susah untuk menyimpulkan keberadaan tiang tersebut. Karena, tiang tersebut dari dulu tidak ada aturan maupun batas yang jelas. Sebab, pihaknya merancang pembangunan sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.
"Susah kita sampaikan, karena memang dulunya di sini tidak ada got dan tidak ada batas yang jelas. Makanya kita menariknya dari got yang sudah ada di barat (tikungan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Hang Tuah) ke timur. Ternyata kita tarik lurus ini pas di tengah-tengahnya. Kita juga sudah ada koordinasi," katanya.
Meski ada kendala keberadaan tiang di tengah-tengah got, Astawa Riadi mengaku akan tetap melanjutkan pengerjaan proyek drainase tersebut. Mengenai kelanjutannya, dirinya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait dan akan merubah sedikit posisi drainase.
"Tetap kita lanjutkan, hanya beberapa titik saja. Kalau mereka angkat tiangnya pengerjaan akan lebih cepat. Kalau misalkan tidak, ya kita belokkan gotnya," katanya.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Ketua Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba, Senin, mengatakan proyek drainase di Jalan Teuku Umar dan Jalan Hang Tuah Denpasar mendapat sorotan oleh masyarakat.
Misalnya, proyek pembangunan drainase di Jalan Teuku Umar Denpasar. Di kawasan tersebut masih sering terjadi banjir, padahal sudah beberapa kali diperbaiki. Pihaknya menemukan adanya sedikit penyimpangan dalam proyek pembangunan drainase mulai dari simpang enam, Jalan Teuku Umar, yang menelan biaya hingga Rp13 miliar sepanjang 2,6 kilometer.
Pada kegiatan pemantauan tersebut juga diikuti anggotanya yakni Kadek Diana, Nyoman Suyasa, Wayan Adnyana, Kadek Nuartana, dan Wayan Kariarta, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi.
Tambah mengatakan proyek drainase di Jalan Hang Tuah Sanur juga ada masalah karena ada tiang listrik di tengah got (saluran drainase).
"Setelah kami cek di lapangan, secara register ada yang memang perlu kita soroti. Misalnya ada tiang listrik ditengah got yang perlu kita pindahkan. Itu perlu segera dicarikan solusi," katanya.
Tamba mengatakan pihaknya mempertanyakan apakah proyek pembangunan drainase tersebut sudah ada kesesuaian dengan alokasi anggaran.
"Kami mengecek apakah penggunaan anggaran sudah dilaksanakan dengan betul sesuai dengan pelaksanaan proyeknya," kata politikus Demokrat ini.
Keberadaan tiang listrik di tengah got itu juga disoroti Kadek Diana yang menegaskan, adanya tiang di tengah got pada proyek pembanguan drainase merupakan satu masalah yang harus segera diselesaikan.
"Ya, itu semestinya harus segera diselesaikan. Masalah itu seharusnya sudah diketahui, pada tahap perencanan proyek, tidak sampai ke proses pengerjaan," kata politikus PDIP.
Kepada Dinas PU Provinsi Bali, Komisi III DPRD Bali meminta untuk segera mencarikan solusi agar tiang listrik itu tidak berada di tengah got.
Kepala Dinas PU Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi mengakui perencanaan proyek itu kurang kajian.
Ia mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan PLN dan pemilik otoritas terkait tiang itu.
"Yang jelas kita akan koordinasikan dulu. Kalau memang tidak jalan, baru kita akan pikirkan solusinya," ujar Astawa Riadi. Ada dua opsi solusi yang disiapkan.
Pertama, meminta PLN untuk memindahkan tiang listriknya. Kedua, jika pemindahan tiang listrik tak bisa dilakukan, pihaknya akan membelokkan arah got tersebut di samping tiang listrik.
Menurut dia, pihaknya susah untuk menyimpulkan keberadaan tiang tersebut. Karena, tiang tersebut dari dulu tidak ada aturan maupun batas yang jelas. Sebab, pihaknya merancang pembangunan sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.
"Susah kita sampaikan, karena memang dulunya di sini tidak ada got dan tidak ada batas yang jelas. Makanya kita menariknya dari got yang sudah ada di barat (tikungan Jalan Hayam Wuruk-Jalan Hang Tuah) ke timur. Ternyata kita tarik lurus ini pas di tengah-tengahnya. Kita juga sudah ada koordinasi," katanya.
Meski ada kendala keberadaan tiang di tengah-tengah got, Astawa Riadi mengaku akan tetap melanjutkan pengerjaan proyek drainase tersebut. Mengenai kelanjutannya, dirinya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait dan akan merubah sedikit posisi drainase.
"Tetap kita lanjutkan, hanya beberapa titik saja. Kalau mereka angkat tiangnya pengerjaan akan lebih cepat. Kalau misalkan tidak, ya kita belokkan gotnya," katanya.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016