Klungkung (Antara Bali) - Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta meresmikan pencanangan Kampung Keluarga Berencana (KB), sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

"Pemerintah memandang penting ketika KB redup, maka nama KB dan programnya itu harus dilakukan rebranding. Ini merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pola pikir tentang arti pentingnya perencanaan keluarga," kata Bupati Suwirta saat peresmian dan pencanangan Kampung KB, di Banjar Pasekan, Desa Dawan Kaler Kecamatan Dawan, Rabu.

Menurut dia, kesejahteraan merupakan bagian akhir dari keluarga berencana. Pencanangan kampung KB ditujukan untuk terciptanya keluarga yang sejahtera, yang harus diikuti oleh berbagai kegiatan.

Kegiatan itu memiliki manfaat karena dapat meningkatkan wawasan soal kesehatan, ekonomi masyarakat, serta intelektual masyarakat. Apabila semua sudah terlaksana, maka pencanangan keluarga berencana akan terwujud.

"Program Keluarga Berencana (KB) diperlukan di seluruh desa di Indonesia. Keberhasilan program KB akan sangat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia, dan kesejahteraan keluarga untuk menuju hal yang lebih baik," ujar Bupati Suwirta saat kegiatan pencanangan kampung KB.

Kepala BPMPKBPD Kabupaten Klungkung I Wayan Suteja menyatakan, tujuan dari kampung KB untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara.

"Yakni melalui program kependudukan keluarga berencana dan pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas," ucap Suteja.

Di samping pencanangan kampung KB, diadakan pula peluncuran Gerakan masyarakat Membangun Desa (GERTAKMADE) dan program Kring Sehat (KRIS), yang merupakan program pelayanan cepat dengan menggunakan metode telepon melalui extention (0366)118 selama 24 jam.

Acara tersebut digagas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, yang bekerja sama dengan Puskesmas yang berada di seluruh wilayah setempat.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Ida Bagus Wirama menyatakan, faktor yang berperan terhadap angka kelahiran yang tinggi, karena masih banyak nya kasus `empat terlalu`.

"Empat terlalu itu meliputi terlalu muda melahirkan di bawah usia 21 tahun, terlalu tua melahirkan di atas 34 tahun, terlalu dekat jarak kelahiran di bawah dua tahun, dan terlalu banyak melahirkan di atas empat tahun," ujar Wirama. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016