Denpasar (Antara Bali) - Pameran seni instalasi karya Ketut Suasana yang bertema "Suhu Lebah" akan digelar di warung Lampau, Kota Denpasar selama sebulan hingga 11 Januari 2011.

"Karya seni instalasi tersebut akan menampilkan lebih dari 6000 anyaman/keranjang bambu berbentuk lebah maupun sarangnya," kata Ketut Suasana di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, masing-masing keranjang yang berukuran 20 sentimeter itu dibentuk menyerupai lebah. Lebah-lebah dari keranjang tersebut akan dipajang sedemikian rupa, mulai dari halaman hingga ke dalam ruangan warung yang berlokasi di Jalan Merdeka Denpasar.

Menurut Suasana yang akrab dipanggil Kabul, pada bentuk anyaman keranjang yang terkesan sepele itu tersembunyi suatu makna dan filosofi dari kekuatan.

Orang Bali, kata dia, menyebut teknik membuat keranjang dengan istilah "ulatan atau mengulat" (menganyam).

"Anyaman atau ulatan itu juga mencerminkan bahwa semua manusia pada dasarnya sama, saling memerlukan antara satu dengan yang lain demi tercapai tatanan yang lebih harmonis," kata lelaki alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Kabul mengaku sudah sejak lama tertarik pada keindahan lebah. Terlebih lagi, filosofi kehidupan lebah sangat menarik baginya. Lebah merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, yaitu dari telur, larva, kepompong dan lebah.

"Lebah termasuk serangga yang sangat unik. Umumnya lebah hidup berkelompok meski ada juga jenis lebah yang suka hidup menyendiri atau seliter," ujarnya.

Ia mengatakan, lebah memang sangat mengagumkan bagi dirinya, karena mampu membuat sarang yang sangat rumit dan artistik. Meski bertubuh kecil, lebah tersebut mampu bekerja sama dan menyelesaikan tugas-tugas besar untuk suatu tujuan bersama.

"Kalau dibanding manusia, belum tentu mampu menyaingi koloni lebah dalam urusan kerja sama atau kehidupan sosial. Karena manusia masih diselimuti ego individu," ucap pria kelahiran Desa Apuan, Kabupaten Tabanan 32 tahun itu.

Alasan memilih karya seni instalasi bertema "Suhu Lebah", kata dia, secara harfiah suhu berarti keadaan panas dan dingin yang bisa diukur dengan alat termometer.

Kalau dikembangkan dalam pengertian luas, menurut Kabul, suhu bisa dikaitkan dengan gejolak dalam kehidupan ini.

"Semua itu sebagai akibat dari kondisi jiwa manusia yang semakin memanas dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri. Hal inilah yang menggugah saya merefleksikan kondisi karut-marut seperti sekarang ini," ucapnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya ingin mengajak semua kehidupan di planet bumi ini untuk saling merefleksikan dirinya sendiri dan maupun belajar dari kehidupan lebah tersebut.

Pada pameran tunggal tersebut, selain karya instalasi lebah, juga dipamerkan belasan karya seni lukis dengan berbagai ukuran.

"Dengan pameran ini selain menikmati hidangan, pengunjung juga mendapat hiburan berupa karya seni yang dipajang pada warung tersebut," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010