Singaraja (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Buleleng, Bali mengintensifkan komunikasi dengan desa adat dan desa dinas di wilayah Pejarakan Kecamatan Gerokgak terkait penataan objek wisata air panas Banyuwedang.
Kepala Disbudpar Buleleng, Gede Suyasa di Singaraja, Selasa, mengatakan, jika pembahasan telah disepakati maka segera disusun "masterplane" perencanaan pengelolaan objek wisata tersebut.
"Kami perlu bahas lebih intensif lagi di tahun ini untuk bisa meningkatkan daya tariknya supaya seperti di air panas Banjar. Kita sudah sempat diskusikan tapi belum mendalam sampai pada masterplane yang akan dikembangkan sampai batas mana dan mana saja yang akan dibebaskan lahannya," ujar Suyasa.
Ia memaparkan, jika air panas Banyuwedang sudah ditata maka diharapkan akan lebih banyak wisatawan yang mengunjunginya. Keberadaannya juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitanya.
"Kami akan tata bentuk fisiknya untuk bisa orang berendam lebih banyak dan lebih nyaman, penataan tempat ganti pakaian, membilas tubuhnya itu juga perlu. Artshop dan sebagainya itu perlu didiskusikan lagi," katanya.
Diakui jika wisatawan yang berkunjung ke air panas itu masih sangat sedikit. Jika sudah ditata maka Disbudpar tidak segan untuk mempromosikannya kembali agar kembali ramai dikunjungi wisatawan.
"Masih sangat kecil pengunjungnya karena informasi masih sangat kurang dan inilah perlu ditata dan menjadi obyek wisata yang perlu kita promosikan kembali," pungkasnya.
Sementara itu, obyek wisata pemandian air panas Banyuwedang kondisinya terlihat tidak terawat dimana kolam dekat sumber air yang dulunya dimanfaatkan wisatawan untuk berendam kini hanya tersisa bekas bangunannya saja.
Kelian Desa Pakraman Pejarakan, Putu Suastika menjelaskan, pemandian air panas itu hanya menyisakan kamar-kamar mandi terbuka yang berisi kran untuk mengalirkan air jika pengunjung ingin memanfaatkannya. Satu kolam jacuzzi yang berada di depan hanya dibuka dan dialiri air panas jika ada pengunjung yang ingin berendam.
Sementara di kedua sisi sumber air terdapat peralatan mesin yang mengalirkan air panas dengan suhu 40 derajat itu ke hotel-hotel di Desa Pejarakan. Setidaknya ada tiga pengelola hotel yang memanfaatkan air panas itu untuk fasilitas para tamunya di dalam hotelnya.
Selama ini kondisi pemandian air panas itu tidak terawat karena masih belum dikelola dengan maksimal. Tidak banyak wisatawan yang mengunjunginya, karena mereka lebih memilih berendam di hotel-hotel yang telah menyediakan fasilitas itu dengan lebih nyaman.
"Memang selama ini tidak terawat karena pengelolaannya masih belum maksimal. Selama ini air panasnya dimanfaatkan untuk air minum warga, untuk pengobatan warga yang sakit kulitnya dan hotel-hotel. Masih belum banyak tamu yang berkunjunga karena kondisinya itu," ujar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Kepala Disbudpar Buleleng, Gede Suyasa di Singaraja, Selasa, mengatakan, jika pembahasan telah disepakati maka segera disusun "masterplane" perencanaan pengelolaan objek wisata tersebut.
"Kami perlu bahas lebih intensif lagi di tahun ini untuk bisa meningkatkan daya tariknya supaya seperti di air panas Banjar. Kita sudah sempat diskusikan tapi belum mendalam sampai pada masterplane yang akan dikembangkan sampai batas mana dan mana saja yang akan dibebaskan lahannya," ujar Suyasa.
Ia memaparkan, jika air panas Banyuwedang sudah ditata maka diharapkan akan lebih banyak wisatawan yang mengunjunginya. Keberadaannya juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitanya.
"Kami akan tata bentuk fisiknya untuk bisa orang berendam lebih banyak dan lebih nyaman, penataan tempat ganti pakaian, membilas tubuhnya itu juga perlu. Artshop dan sebagainya itu perlu didiskusikan lagi," katanya.
Diakui jika wisatawan yang berkunjung ke air panas itu masih sangat sedikit. Jika sudah ditata maka Disbudpar tidak segan untuk mempromosikannya kembali agar kembali ramai dikunjungi wisatawan.
"Masih sangat kecil pengunjungnya karena informasi masih sangat kurang dan inilah perlu ditata dan menjadi obyek wisata yang perlu kita promosikan kembali," pungkasnya.
Sementara itu, obyek wisata pemandian air panas Banyuwedang kondisinya terlihat tidak terawat dimana kolam dekat sumber air yang dulunya dimanfaatkan wisatawan untuk berendam kini hanya tersisa bekas bangunannya saja.
Kelian Desa Pakraman Pejarakan, Putu Suastika menjelaskan, pemandian air panas itu hanya menyisakan kamar-kamar mandi terbuka yang berisi kran untuk mengalirkan air jika pengunjung ingin memanfaatkannya. Satu kolam jacuzzi yang berada di depan hanya dibuka dan dialiri air panas jika ada pengunjung yang ingin berendam.
Sementara di kedua sisi sumber air terdapat peralatan mesin yang mengalirkan air panas dengan suhu 40 derajat itu ke hotel-hotel di Desa Pejarakan. Setidaknya ada tiga pengelola hotel yang memanfaatkan air panas itu untuk fasilitas para tamunya di dalam hotelnya.
Selama ini kondisi pemandian air panas itu tidak terawat karena masih belum dikelola dengan maksimal. Tidak banyak wisatawan yang mengunjunginya, karena mereka lebih memilih berendam di hotel-hotel yang telah menyediakan fasilitas itu dengan lebih nyaman.
"Memang selama ini tidak terawat karena pengelolaannya masih belum maksimal. Selama ini air panasnya dimanfaatkan untuk air minum warga, untuk pengobatan warga yang sakit kulitnya dan hotel-hotel. Masih belum banyak tamu yang berkunjunga karena kondisinya itu," ujar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016