Palu, Sulawesi Tengah (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengharapkan tak ada lagi perselisihan dalam menentukan hilal karena
semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan seperti tepatnya para
ilmuwan memperkirakan gerhana matahari total.
"Bulan dapat diketahui posisinya bukan sekarang, apalagi besok. Ilmu pengetahuan sudah sedemikian majunya. Jadi tidak perlu lagi ada pertentangan umat, meskipun memang perlu ada kesepakatan," ujar dia saat pelantikan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulawesi Tengah periode 2016-2021 di Kota Palu, Rabu.
Ketua Umum PP DMI itu juga berharap umat Islam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
"Orang lain sudah mendarat di bulan, kita masih berselisih di mana bulan berada," ujarnya disambut tepuk tangan para pengurus DMI.
Ia memperkirakan jumlah mesjid di Indonesia mencapai 800 ribu unit.
"Jumlah pastinya hanya Allah yang tahu karena orang membangun masjid tidak perlu izin kepada pemerintah," kata JK.
Menurut dia, di dunia ini ada dua negara yang pemerintahnya mengatur mesjid, yakni Indonesia dan Pakistan.
Namun imam atau khotib di Indonesia, lanjut dia, sangat bebas. "Di Malaysia, Brunei, Arab Saudi, dan Maroko, imam dan khotibnya dari pemerintah. Jadi mereka tidak bisa bicara bebas seperti di sini," ujarnya.
Walau begitu, masalah pelantang suara (sound system) di mesjid-mesjid di Indonesia masih menjadi kendala.
"Oleh sebab itu, program pertama DMI adalah memperbaiki sound system karena 80 persen fungsi sound system di mesjid untuk ceramah, khutbah, dan pengumuman. 10 persen untuk shalat dan 10 persen doa. Jadi kalau sound system tidak bagus, maka 80 persen jadi tidak bagus juga," ujarnya.
Program DMI selanjutnya adalah membangun aplikasi yang bisa digunakan pengurus mesjid untuk mendapatkan mubalig.
"Nantinya pengurus mesjid tidak perlu susah-susah mencari mubalig. Cukup dengan aplikasi itu. Mubalig yang membahayakan tidak usah dipakai," ujar JK.
Sebelumnya Wapres menyaksikan gerhana matahari total bersama masyarakat di lapangan Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.
JK juga menunaikan shalat sunnah gerhana di sana bersama masyarakat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Bulan dapat diketahui posisinya bukan sekarang, apalagi besok. Ilmu pengetahuan sudah sedemikian majunya. Jadi tidak perlu lagi ada pertentangan umat, meskipun memang perlu ada kesepakatan," ujar dia saat pelantikan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sulawesi Tengah periode 2016-2021 di Kota Palu, Rabu.
Ketua Umum PP DMI itu juga berharap umat Islam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
"Orang lain sudah mendarat di bulan, kita masih berselisih di mana bulan berada," ujarnya disambut tepuk tangan para pengurus DMI.
Ia memperkirakan jumlah mesjid di Indonesia mencapai 800 ribu unit.
"Jumlah pastinya hanya Allah yang tahu karena orang membangun masjid tidak perlu izin kepada pemerintah," kata JK.
Menurut dia, di dunia ini ada dua negara yang pemerintahnya mengatur mesjid, yakni Indonesia dan Pakistan.
Namun imam atau khotib di Indonesia, lanjut dia, sangat bebas. "Di Malaysia, Brunei, Arab Saudi, dan Maroko, imam dan khotibnya dari pemerintah. Jadi mereka tidak bisa bicara bebas seperti di sini," ujarnya.
Walau begitu, masalah pelantang suara (sound system) di mesjid-mesjid di Indonesia masih menjadi kendala.
"Oleh sebab itu, program pertama DMI adalah memperbaiki sound system karena 80 persen fungsi sound system di mesjid untuk ceramah, khutbah, dan pengumuman. 10 persen untuk shalat dan 10 persen doa. Jadi kalau sound system tidak bagus, maka 80 persen jadi tidak bagus juga," ujarnya.
Program DMI selanjutnya adalah membangun aplikasi yang bisa digunakan pengurus mesjid untuk mendapatkan mubalig.
"Nantinya pengurus mesjid tidak perlu susah-susah mencari mubalig. Cukup dengan aplikasi itu. Mubalig yang membahayakan tidak usah dipakai," ujar JK.
Sebelumnya Wapres menyaksikan gerhana matahari total bersama masyarakat di lapangan Desa Kotapulu, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.
JK juga menunaikan shalat sunnah gerhana di sana bersama masyarakat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016