Jakarta (Antara Bali) - Fosil kadal berusia 99 juta tahun yang
ditemukan lestari di dalam batu ambar di Asia Tenggara menurut para
ilmuwan Florida merupakan spesimen tertua dari jenisnya dan satu "mata
rantai yang hilang" bagi para peneliti reptil.
Kadal tersebut sekitar 75 juta tahun lebih tua daripada pemegang rekor sebelumnya menurut para peneliti di Florida Museum of Natural History yang mengumumkan temuan mereka pekan ini.
Fosil itu ditemukan puluhan tahun lalu bersama fosil-fosil reptil kuno lain yang terpelihara baik di sebuah pertambangan dan para ilmuwan Amerika Serikat baru-baru ini berhasil menganalisis temuan-temuan tersebut.
"Sangat menarik melihat binatang-binatang ini untuk pertama kalinya," kata anggota tim riset, Edward Stanley, Sabtu (5/3).
"Menarik dan menakjubkan seberapa baik mereka terawetkan."
Para ilmuan yakin makhluk serupa bunglon itu masih bayi ketika terjebak dalam semburan resin lengket saat menjelajahi hutan tropis di wilayah yang sekarang Myanmar di Asia Tenggara.
Seluruh tubuh makhluk itu, termasuk mata dan skala warnanya, luar biasa terpelihara baik menurut Stanley.
Reptil-reptil lain yang terjebak dalam batu ambar, termasuk tokek dan kadal arktik, juga utuh.
Reptil-reptil kecil punya tubuh halus dan biasanya cepat rusak, kata Stanley. Keadaan terbungkus dalam batu ambar padat membantu menjaga keutuhan spesimen.
Stanley dan para peneliti lainnya menggunakan teknologi sinar-X digital beresolusi tinggi untuk meneliti makhluk-mahkluk itu dan memperkirakan usia batu ambar tanpa memecahkannya.
Temuan itu membantu para peneliti belajar lebih banyak tentang "ekosistem yang hilang, dunia yang hilang" dari mana makhluk-makhluk itu berasal, kata Stanley, dan bisa membantu para peneliti lebih banyak belajar tentang kerabat modern dari makhluk-makhluk itu.
"Ini seperti mata rantai yang hilang," kata Stanley seperti dilansir kantor berita Reuters. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Kadal tersebut sekitar 75 juta tahun lebih tua daripada pemegang rekor sebelumnya menurut para peneliti di Florida Museum of Natural History yang mengumumkan temuan mereka pekan ini.
Fosil itu ditemukan puluhan tahun lalu bersama fosil-fosil reptil kuno lain yang terpelihara baik di sebuah pertambangan dan para ilmuwan Amerika Serikat baru-baru ini berhasil menganalisis temuan-temuan tersebut.
"Sangat menarik melihat binatang-binatang ini untuk pertama kalinya," kata anggota tim riset, Edward Stanley, Sabtu (5/3).
"Menarik dan menakjubkan seberapa baik mereka terawetkan."
Para ilmuan yakin makhluk serupa bunglon itu masih bayi ketika terjebak dalam semburan resin lengket saat menjelajahi hutan tropis di wilayah yang sekarang Myanmar di Asia Tenggara.
Seluruh tubuh makhluk itu, termasuk mata dan skala warnanya, luar biasa terpelihara baik menurut Stanley.
Reptil-reptil lain yang terjebak dalam batu ambar, termasuk tokek dan kadal arktik, juga utuh.
Reptil-reptil kecil punya tubuh halus dan biasanya cepat rusak, kata Stanley. Keadaan terbungkus dalam batu ambar padat membantu menjaga keutuhan spesimen.
Stanley dan para peneliti lainnya menggunakan teknologi sinar-X digital beresolusi tinggi untuk meneliti makhluk-mahkluk itu dan memperkirakan usia batu ambar tanpa memecahkannya.
Temuan itu membantu para peneliti belajar lebih banyak tentang "ekosistem yang hilang, dunia yang hilang" dari mana makhluk-makhluk itu berasal, kata Stanley, dan bisa membantu para peneliti lebih banyak belajar tentang kerabat modern dari makhluk-makhluk itu.
"Ini seperti mata rantai yang hilang," kata Stanley seperti dilansir kantor berita Reuters. (WDY)
Penerjemah: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016