Denpasar (Antara Bali) - Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bali menggelar acara wisuda sarjana yang XXXVI di sebuah hotel berbintang di kawasan Sanur, Kota Denpasar, Senin.

"Kali ini kami melakukan wisuda terhadap 113 mahasiswa/ mahasiswi. Total sampai Februari 2016, jumlah mahasiswa dan mahasiswa yang telah diwisuda sebanyak 2.508 orang," kata Rektor IKIP PGRI Bali Dr I Made Suarta SH M Hum.

Dia mengatakan, setelah dilantik menjadi sarjana, beban seseorang akan makin berat sehingga pola pikir, ucapan dan sikap harus ditingkatkan agar bisa diterima masyarakat. Seorang sarjana juga dituntut memiliki kecerdasan spiritual dan emosional, dikarenakan seseorang disebut hebat bukan dilihat dari harta benda yang dipunyai. Melainkan dari kematangan sikapnya yang diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Made Suarta menegaskan, seseorang hendaknya menampilkan sisi kebaikan, meski ketika melakukannya ada saja kejahatan yang mengiringi. Padahal ketika berbuat jahat, tidak ada kebaikan yang mengikuti.

"Ibarat bertanam padi. Kalau menanam bibit padi, pasti ada rumput yang ikut tumbuh. Namun kalau kita menanam rumput, tidak ada tanaman padi yang turut hidup di dekatnya. Walau demikian, teruslah berbuat baik, meski kejahatan selalu akan menyertai," ujar dia.

Sikap kebaikan, juga hendaknya diikuti dengan karakter pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-cita, mengingat perjalanan hidup seorang sarjana masih panjang. Berbekal sikap pantang menyerah, seseorang bisa memperbaiki masa depannya.

Dia melanjutkan, sikap pantang menyerah, menjadikan beberapa mahasiswa dan mahasiswa IKIP PGRI Bali beberapa waktu mendapatkan perhargaan atas prestasi yang berhasil digapai. Pada bidang olahraga, mahasiswa Sinta Kartika Sari pernah mendapatkan Juara I Catur Cepat tahun lalu di Singaraja, Gusti Ayu Yuni Astari memperoleh perunggu perak pada Pekan Olah Raga Nasional dan sejumlah mahasiswa berprestasi lainnya.

Kegiatan positif lain yang berhasil ditorehkan mahasiswa IKIP PGRI Bali adalah melestarikan kesenian tradisional Arja dan secara berkala tampil di Taman Budaya, Denpasar. Sekaa Arja mahasiswa ini sering tampil `ngayah` di berbagai pura di wilayah Bali.

"Sebagai wujud pengabdian masyarakat, kami sering juga mengadakan bakti sosial di berbagai daerah. Akhir tahun lalu kami melakukan bakti sosial di wilayah Sangeh dengan melibatkan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni," katanya.

Dikatakannya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IKIP PGRI Baru dan dosen baru-baru ini juga mengadakan kegiatan serupa di Batur, Kabupaten Bangli. Ketika mengadakan kegiatan bakti sosial itu, ternyata ditemukan beberapa anak yang mengalami gangguan dan dibelit problematika yang pelik. BEM pun akhirnya memutuskan untuk menangani kasus anak bermasalah ini agar mendapatkan solusi terbaik. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016