Amlapura (Antara Bali) - Eks galian C yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali, direncanakan untuk dibuat perkebunan buah naga karena dinilai memenuhi persyaratan tumbuh pada lahan yang berpasir.
"Tanaman buah naga itu cocok tumbuhnya di daerah berpasir, jadi sesuai jika ditanam di kawasan eks galian C. Tapi nanti masih dilihat dulu ke lokasi eks galian C ini, apakah lebih sesuai untuk perkebunan buah naga atau peternakan," ujar Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri di Amlapura, Jumat.
Dia mengatakan, dalam program kerja selama 100 hari, salah satunya adalah melihat langsung kondisi eks galian C selanjutnya dikaji untuk mengetahui peruntukan yang paling sesuai dengan kondisi di lokasi itu.
Selama ini, ucap dia, eks galian C banyak dibiarkan terbengkelai dengan kondisi tanah berlubang-lubang tanpa perhatian yang seharusnya dari pengusaha yang telah mengambil keuntungan dengan menambang pasir. Kebanyakan setelah lokasi ditambang, pengusaha bersangkutan memilih pergi begitu saja.
"Kondisi ini yang membuat beberapa wilayah di Karangasem menjadi bopeng. Untuk mengatasinya tentu harus dilihat dulu, apa lebih sesuai direboisasi, penanaman buah naga atau peternakan sapi," ujar Mas Sumatri.
Sementara itu, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyebutkan, selama ini usaha galian C mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) hingga di atas 50 persen.
"Sayangnya, tenaga kerja lokal yang diserap oleh usaha galian C ini tergolong kecil. Lagi pula usaha ini tidak berbisa bertahan lama, karena nanti pasirnya habis kalau terus-terusan ditambang," ujar Artha Dipa.
Sebaliknya, lanjut dia, sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja maksimal, sehingga ke depan direncakan bidang ini akan lebih dimaksimalkan. Dengan maksimalnya tenaga kerja yang terserap, maka angka pengangguran menjadi menurun.
Dia menambahkan, di sisi lain, permasalahan eks galian C harus segera dicarikan jalan keluar. Apabila tidak segera dilakukan upaya pemulihan lahan dengan reklamasi atau lainnya, dikhawatirkan bopeng eks galian C akan memicu terjadinya tanah longsor. Akibatnya bisa membahayakan warga yang bertempat tinggal di dekat eks galian C tersebut.
Sebelumnya, sudah ada keluhan dari sejumlah masyarakat terkait keberadaan galian C yang membahayakan lingkungan dan menimbulkan lubang yang besar serta dalam. Usaha galian C di wilayah Karangasem ini dilakukan dengan menambang pasir pada bekas lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1963, di mana sering kali pengambilannya melebihi batas.
Pemerintah setempat beberapa waktu lalu sempat melakukan upaya pemulihan eks galian C dengan menanam jenis pohon Gamelina dan Albesia. Namun mengingat luasnya lahan bekas galian C, maka perlu dilakukan langkah berkelanjutan agar lingkungan segera pulih dari kerusakan.
"Nanti akan dipikirkan cara untuk reklamasi atau pemulihan lahan yang ditinggalkan itu. Termasuk memikirkan dari mana dana yang dipakai untuk mengatasi eks galian C ini," ujar Artha Dipa.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tanaman buah naga itu cocok tumbuhnya di daerah berpasir, jadi sesuai jika ditanam di kawasan eks galian C. Tapi nanti masih dilihat dulu ke lokasi eks galian C ini, apakah lebih sesuai untuk perkebunan buah naga atau peternakan," ujar Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri di Amlapura, Jumat.
Dia mengatakan, dalam program kerja selama 100 hari, salah satunya adalah melihat langsung kondisi eks galian C selanjutnya dikaji untuk mengetahui peruntukan yang paling sesuai dengan kondisi di lokasi itu.
Selama ini, ucap dia, eks galian C banyak dibiarkan terbengkelai dengan kondisi tanah berlubang-lubang tanpa perhatian yang seharusnya dari pengusaha yang telah mengambil keuntungan dengan menambang pasir. Kebanyakan setelah lokasi ditambang, pengusaha bersangkutan memilih pergi begitu saja.
"Kondisi ini yang membuat beberapa wilayah di Karangasem menjadi bopeng. Untuk mengatasinya tentu harus dilihat dulu, apa lebih sesuai direboisasi, penanaman buah naga atau peternakan sapi," ujar Mas Sumatri.
Sementara itu, Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa menyebutkan, selama ini usaha galian C mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) hingga di atas 50 persen.
"Sayangnya, tenaga kerja lokal yang diserap oleh usaha galian C ini tergolong kecil. Lagi pula usaha ini tidak berbisa bertahan lama, karena nanti pasirnya habis kalau terus-terusan ditambang," ujar Artha Dipa.
Sebaliknya, lanjut dia, sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja maksimal, sehingga ke depan direncakan bidang ini akan lebih dimaksimalkan. Dengan maksimalnya tenaga kerja yang terserap, maka angka pengangguran menjadi menurun.
Dia menambahkan, di sisi lain, permasalahan eks galian C harus segera dicarikan jalan keluar. Apabila tidak segera dilakukan upaya pemulihan lahan dengan reklamasi atau lainnya, dikhawatirkan bopeng eks galian C akan memicu terjadinya tanah longsor. Akibatnya bisa membahayakan warga yang bertempat tinggal di dekat eks galian C tersebut.
Sebelumnya, sudah ada keluhan dari sejumlah masyarakat terkait keberadaan galian C yang membahayakan lingkungan dan menimbulkan lubang yang besar serta dalam. Usaha galian C di wilayah Karangasem ini dilakukan dengan menambang pasir pada bekas lahar Gunung Agung yang meletus tahun 1963, di mana sering kali pengambilannya melebihi batas.
Pemerintah setempat beberapa waktu lalu sempat melakukan upaya pemulihan eks galian C dengan menanam jenis pohon Gamelina dan Albesia. Namun mengingat luasnya lahan bekas galian C, maka perlu dilakukan langkah berkelanjutan agar lingkungan segera pulih dari kerusakan.
"Nanti akan dipikirkan cara untuk reklamasi atau pemulihan lahan yang ditinggalkan itu. Termasuk memikirkan dari mana dana yang dipakai untuk mengatasi eks galian C ini," ujar Artha Dipa.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016