Negara (Antara Bali) - Wijianto alias Cah Gareng (34), seorang penderita AIDS, melakukan aksi kemanusiaan dengan berjalan kaki dari Jakarta, dan Selasa (16/2) malam sampai di Kabupaten Jembrana.
"Saya berkampanye untuk mengajak bersama-sama seluruh elemen bangsa mencegah penularan virus HIv/AIDS, serta tidak bersikap diskriminatif terhadap penderita seperti saya," katanya, saat ditemui dalam perjalanan di Kecamatan Melaya ke Kecamatan Negara, Rabu.
Di Jembrana, ia disambut aktivis peduli AIDS, yang beberapa diantaranya menyertainya berjalan kaki mulai dari Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Ia mengaku, sepanjang perjalanan yang ia mulai tanggal 7 November 2015 dari Jakarta, dirinya menyebarkan brosur serta mendatangi institusi-institusi pemerintahan, lembaga pendidikan, rumah sakit, Puskesmas, kantor desa dan kelompok-kelompok masyarakat, untuk membagikan informasi seputar bahaya dan pola penularan virus HIV/AIDS.
Laki-laki asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur tapi tinggal di Jakarta ini mengaku, dirinya divonis mengidap HIV pada tahun 2011 dan sudah memasuki tahapan AIDS.
"Saat itu kondisi saya lemah, terutama yang paling sakit pada bagian paru-paru. Karena belum percaya saya kena virus itu, sampai lima kali saya lakukan tes," ujarnya.
Ia mengatakan, dirinya tidak tahu pasti darimana tertular HIV, tapi menurutnya ia dulu seorang pemakai narkoba dan sering menggunakan jarum suntik.
Saat dinyatakan positif HIV/AIDS, ia khawatir dengan isteri dan anaknya, namun setelah diperiksa mereka dinyatakan negatif.
"Tapi sekarang saya sudah berpisah dengan isteri saya. Dengan perjalanan ini, saya ingin memberikan semangat kepada penderita HIV/AIDS, bahwa mereka tidak boleh lemah," katanya.
Disinggung kebiasaan penderita HIV/AIDS yang biasanya menyembunyikan identitasnya, ia mengatakan, dirinya tidak ingin terlihat lemah dan dikucilkan.
Ia memiliki prinsip, jika tidak ingin dianggap lemah maka jangan melemahkan diri apalagi putus asa, karena penderita HIV/AIDS masih bisa bermanfaat untuk masyarakat.
Meskipun saat menjelajahi beberapa wilayah ia melihat prilaku diskriminatif terhadap orang seperti dirinya masih kuat, tapi ia berjanji tidak akan putus asa menyebarkan motivasi bagi penderita, maupun menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saya berkampanye untuk mengajak bersama-sama seluruh elemen bangsa mencegah penularan virus HIv/AIDS, serta tidak bersikap diskriminatif terhadap penderita seperti saya," katanya, saat ditemui dalam perjalanan di Kecamatan Melaya ke Kecamatan Negara, Rabu.
Di Jembrana, ia disambut aktivis peduli AIDS, yang beberapa diantaranya menyertainya berjalan kaki mulai dari Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Ia mengaku, sepanjang perjalanan yang ia mulai tanggal 7 November 2015 dari Jakarta, dirinya menyebarkan brosur serta mendatangi institusi-institusi pemerintahan, lembaga pendidikan, rumah sakit, Puskesmas, kantor desa dan kelompok-kelompok masyarakat, untuk membagikan informasi seputar bahaya dan pola penularan virus HIV/AIDS.
Laki-laki asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur tapi tinggal di Jakarta ini mengaku, dirinya divonis mengidap HIV pada tahun 2011 dan sudah memasuki tahapan AIDS.
"Saat itu kondisi saya lemah, terutama yang paling sakit pada bagian paru-paru. Karena belum percaya saya kena virus itu, sampai lima kali saya lakukan tes," ujarnya.
Ia mengatakan, dirinya tidak tahu pasti darimana tertular HIV, tapi menurutnya ia dulu seorang pemakai narkoba dan sering menggunakan jarum suntik.
Saat dinyatakan positif HIV/AIDS, ia khawatir dengan isteri dan anaknya, namun setelah diperiksa mereka dinyatakan negatif.
"Tapi sekarang saya sudah berpisah dengan isteri saya. Dengan perjalanan ini, saya ingin memberikan semangat kepada penderita HIV/AIDS, bahwa mereka tidak boleh lemah," katanya.
Disinggung kebiasaan penderita HIV/AIDS yang biasanya menyembunyikan identitasnya, ia mengatakan, dirinya tidak ingin terlihat lemah dan dikucilkan.
Ia memiliki prinsip, jika tidak ingin dianggap lemah maka jangan melemahkan diri apalagi putus asa, karena penderita HIV/AIDS masih bisa bermanfaat untuk masyarakat.
Meskipun saat menjelajahi beberapa wilayah ia melihat prilaku diskriminatif terhadap orang seperti dirinya masih kuat, tapi ia berjanji tidak akan putus asa menyebarkan motivasi bagi penderita, maupun menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016