Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia memprediksi inflasi di Provinsi Bali tahun 2016 minimum mencapai tiga persen atau maksimum mencapai lima persen dengan penurunan harga bahan bakar minyak, elpiji dan tarif listrik menjadi indikator penahan laju inflasi.

"Yang menahan laju inflasi adalah penurunan harga BBM, elpiji dan tarif dasar listrik. TPID Bali berupaya menjaga ketersediaan pangan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Selasa.

Menurut dia, pergerakan inflasi `year on year` (yoy) itu masih lebih tinggi sedikit dibandingkan inflasi tahun 2015 yang mencapai 2,75 persen, terendah selama 19 tahun terakhir.

Dewi mengatakan bahwa pendorong prediksi peningkatan inflasi pada tahun 2016 itu disebabkan oleh risiko ketersediaan komoditas pangan strategis.

"Hari raya keagamaan khususnya Galungan yang terjadi dua kali berpotensi mendorong permintaan komoditas pangan," ucapnya.

Selain itu, risiko pergerakan nilai tukar rupiah dan risiko penyesuaian tarif yakni potensi kenaikan tarif penumpang yang akan mendorong kenaikan harga tiket.

Sedangkan penahan laju, lanjut Dewi, selain dari faktor penurunan harga BBM, elpiji dan tarif listrik, juga dari komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali dalam menjaga ketersediaan pangan.

"Upaya TPID dalam menjaga ketersediaan komoditas pangan di seluruh Bali melalui operasi pasar dan pasar murah," imbuh Dewi yang juga Wakil Ketua TPID Bali itu.

TPID Bali sendiri bersama kabupaten/kota menggelar pasar murah mulai 29 Januari hingga 6 Februari di tujuh kabupaten/kota di sejumlah pasar tradisional dan lokasi strategis lainnya.

"Ini upaya untuk menjaga ekspektasi masyarakat sebagi konsumen agar dapat lebih bijak dalam berbelanja, menghindari sifat spekulatif dari pedagang memanfaatkan momen keagamaan untuk meningkatkan harga, dan sebagai jangkar dalam penetapan harga komoditas," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016