Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengapresiasi keputusan dari "Sabha Purohito" yang sepaham dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia terkait akan tetap dilaksanakannya ritual "Tawur Kesanga" sehari sebelum Hari Suci Nyepi pada Maret 2016.

"Hal itu harus disosialisasikan lebih luas ke masyarakat agar tidak menimbulkan kebingungan. Kami juga mengharapkan agar tidak ada dualisme antara Sabha Purohito dan PHDI di kemudian hari," kata Pastika saat menerima audiensi dari jajaran Sabha Purohito, di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, kedua lembaga keagamaan tersebut yakni Sabha Purohito (himpunan para sulinggih/pendeta Hindu) dan PHDI memang harus memiliki pemahaman yang sama tentang pelaksanaan ritual keagamaan.

"Perbedaan yang ada di Bali itu biasanya disikapi dengan bijak oleh masyarakat, contohnya tiap desa memiliki tata upacara sendiri. Akan tetapi hal itu tidak sampai menimbulkan perpecahan antar-umat, itulah uniknya Bali," ujar Pastika.

Oleh karena itu, dia berharap, ke depan jika terjadi perbedaan pendapat memang harus disikapi dengan bijak. Meskipun dia meyakini bahwa masyarakat tidak akan mempermasalahkan karena sudah terbiasa hidup dalam perbedaan.

"Maka dari itu saya kagum dengan masyarakat Bali. Semangat pluralismenya sudah terjalin dengan baik dari dulu. Kami berharap ke depan koordinasi antara dua lembaga dapat ditingkatkan lagi," ujar Pastika.

Sementara itu, jajaran Sabha Purohito yang dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Bajing menyampaikan hasil "paruman" atau rapat dari Sabha Purohito di Bangli pada 30 Januari 2016.

Dalam rapat tersebut sudah ditetapkan bahwa ritual "Tawur Kesanga" harus tetap berjalan meskipun berada dalam rentang waktu yang dikenal Nguncal Balung (35 hari setelah Hari Suci Galungan).

Hal ini, ujar Ida Pedanda dengan alasan bahwa Tawur Kesanga memang harus dilaksanakan pada sasih kesanga (bulan kesembilan penanggalan Bali) bukan di sasih kedasa (bulan kesepuluh).

Menurut dia, hal tersebut sudah sesuai dengan lontar Aji Swamendala yang menjelaskan bahwa tawur adalah upacara atau ritual penting untuk menyeimbangkan alam menjelang Nyepi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016